bolak balik

SEMUA ORANG PASTI MENDAPAT COBAAN, JALANI DENGAN BERSYUKUR

Rabu, 15 Oktober 2014

Selamat Jalan Ayah


Ke inginan awal merujuk orang tua dari Rumah Sakit Teuku Peukan Abdya, ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin agar segera dapat tindakan yang maksimal, namun ternyata setelah dua hari masih tetap berada di IGD, tak ada pelayanan yang luar biasa kecuali janji tindakan operasi yang entah kapan akan terwujud.

Suara gemuruh pasien di IGD Rumah Sakit, membuat tidurku tak nyenyak. Lantas ku langsung terbangun dan menatap sebuah mobil ambulance yang terparkir rapi didepan pintu masuk IGD. Ayah hanya tertidur lemah diatas ranjang yang apa adanya, dengan keadaan koma yang dari kemarin dialami ayah. Ayah hanya tertidur lurus dengan selang infus ditangan dan bantuan oksigen dihidung dan alat pendeteksi jantung. Dengan nafas yang terengah rengah, ayah berjuang melawan komanya.

Ayah tak mendengar apa yang ku bisikkan, tak mendengar apa yang ku katakan ditelinganya. Hanya helaan nafas ayah yang terdengar ditelingaku. Aku tak tau harus berbuat apa dengan kondisi ayah seperti ini. entahlah, aku hanya pasrah dan terus berdoa dan tawakal.

Hari itu, minggu 12 Oktober 2014, keadaan ayah semakin menurun seluruh keluarga mengeluarkan air mata, tapi tidak denganku. Aku hanya menatap ayah dengan fokus yang sedang diperiksa oleh tim dokter. Bibirku selalu ku basahi dengan doa-doa untuk ayah, hanya fokus pada ayah.

Fikiran ku melayang-layang tak menentu, hanya istighfar yang ku ucapkan pada saat itu. Tim dokter terus melihat kondisi ayah, terus memerhatikan laju cairan infus yang masuk  ke dalam tubuh ayah, dan aku terus memperhatikan monitor pendeteksi jantung, paru-paru, tekanan darah dan denyut nadi seraya berzikir.

Azan dhuhur berkumandang indah di seantero ruangan IGD yang padat pasien, aku langsung bergegas ke masjid untuk melaksanakan kewajiban. Dengan keresahan hati, aku langsung masuk ke mesjid. Ku lantunkan permohonan doa kepada Yang Mahan Kuasa. Aku berharap ada mukjizat hari ini.

Setelah melaksanakan sholat, aku langsung kembali ke ruang IGD tempat ayahku berada, masih juga ku lihat monitor pendeteksi itu, keresahan hatiku memuncak. Tak lama aku langsung mendekati telinga kanan ayahku, dan membisikkan dua kalimah syahat, dan takbir. Namun sayang, ayah tak mengikuti perkataanku, dan hanya mendengarkan saja.

Ruangan semakin dingin karena ruangan itu full AC (Air Conditioner) ku silangkan kedua tanganku ke badan agar terasa hangat. Ku raba kedua kaki ayah, yang terasa sedikit dingin. Langsung saja fikiran ku kembali melayang, dan memikirkan yang bukan-bukan. Pernah ku berfikir, “mungkin kaki ayah dingin, karena AC nya yang menyebabkan kaki ayah dingin’’.

Masih ku pandang sebuah monitor yang terpajang kokoh di dinding ruang IGD, aku tak mau beranjak dari monitor itu. aku tak memnikirkan kesehatan ku yang dari semalam belum makan, dan mata masih dalam keadaan mengantuk. Dengan keadaan begini, aku memaksakan diriku untuk bertahan sejenak demi ayah. Masih terdengar suara nafas ayah yang terengah-rengah dan yang sedang berjuang melawan komanya diatas ranjang sederhana.

Tak sanggup melihat ayah berjuang sendiri dalam melawan komanya, ayah hebat, ayah tak membutuhkan teman dalam melawan komanya, ayah tak meminta bantuan orang lain, dia berjuang sendiri dengan penuh semangat. Tak ada kata sakit, lelah, ataupun takut, dia hanya terdiam lemas dan tak bergeming.

Tim dokter datang untuk melihat kondisi ayah, yang semakin drop. Kini aku hanya bisa melihat ayah dari luar tirai ruangan IGD. Semua keluarga menunggu diluar dan menjatuhkan air mata, seraya melihat ayah sedang dipompa dadanya, memastikan bahwa ayah baik-baik saja atau sebaliknya.

Namun Allah berkata lain, lebih kurang pukul 13:30 WIB. Ayah dijemput oleh Tentara Allah dengan tenang. Suasana duka pun menyelimuti sebagian ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) tempat dimana ayah menghembuskan nafas terakhir. Sejenak aku merenungi kenangan bersama ayah, kenangan indah bersamanya dan hampir tak ada kenangan buruk semasa ayah masih hidup.

Aku sangat kehilangan sosok pemimpin yang belum kutemui kepemimpinan nya pada orang lain. Aku kehilangan panutan, teladan yang baik dari ayah. tak kan ada yang bisa menggantikan posisi ayah dihatiku, diotakku, dan diseluruh tubuhku. Kini ayah telah tiada aku hanya menggepal tangan meronta-ronta ingin kubunuh dokter dan perawat yang menangani ayahku tadi.

Aku tak tahu setan apa yang telah merasuki tubuhku hingga emosiku segitunya ingin membunuh. Astaghfirullah hal’azim salah seorang keluarga mengingatkan ku.  Ayah pergi dengan sangat tenang, tak ada tanda-tanda kesakitan pada saat beliau pergi. Wajah ayah bersinar sembari senyumannya, dengan paras seperti orang tidur saja.

Doa kupanjatkan hanya untukmu yah, semoga ayah tenang dialam sana, semoga ayah ditempatkan kedalam surga firdaus yah, ananda bangga punya orang tua seperti ayah. ananda akan selalu mendoakan ayah, semoga ayah dilapangkan kubur, diberi tempat yang paling nyaman disana. Dan semoga ayah bertemu Allah disana ya yah. Ananda akan selalu ingat sama ayah, kenangan bersama ayah dan semoga ayah ditempatkan bersama para ulama dan Rasulullah SAW. Amin.

Selamat jalan ayah, semoga ayah tenang dialam sana. Sampai jumpa di yaumil akhir yah, semoga kita bisa jumpa disana, masuk surga bersama-sama. Ananda tau ayah pasti sedang lihat ananda nulis ini untuk ayah, pasti ayah lihat dari surga, bersama mamak, abang dan nenek. Pasti ayah tersenyumkan yah, ananda bisa merasakan itu semua.

Minggu 12 oktober 2014. 13:30 WIB. IGD RSUDZA Banda Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar