bolak balik

SEMUA ORANG PASTI MENDAPAT COBAAN, JALANI DENGAN BERSYUKUR

Jumat, 18 April 2014

Kuingin Katakan

kuingin katakan, aku begitu takut merengkuhmu dalam hari-hariku. seperti kulihat hijab itu begitu tebal. tak bisa kusibak seperti bibirku yang bisu. seperti hatiku yang beku 

tapi, percayalah , aku selalu mengingatmu dalam tiap detik hariku. merindukanmu. mengenangmu. 

meski, aku pun tahu, aku takut pula melakukan itu. ada yang kutakut marah dan cemburu karena nya aku begitu takut. dalam gigil ruh ku takut ditinggalkan Nya. seperti selalu aku mengkhianati Dia 

akhirnya, hanya satu pinta dari palung hatiku. berbahagialah dengan cinta. tak ada sakit disana. semestinya. kuingin katakan, aku menyayangimu. berharap yang terbaik selalu bagi dirimu. 

insyaAllah, Allah menjagamu 


Kunthi Hastorini

Sabtu, 12 April 2014

PACARKU ADA LIMA

Cerpen Dewi Lestari


Merayap pelan di Jalan Katamso, Jakarta, saat jam bubar sekolah merupakan pelatihan observasi yang baik. Seolah mengamati dunia dalam mikroskop, kecepatan lambat memungkinkan kita menangkap dengan detail jalanan yang berlubang, trotoar yang hancur, angkot yang mengulur waktu untuk menelan penumpang sebanyak-banyaknya, pedagang kaki lima yang bersesak memepet jalan aspal, dan manusia... lautan manusia.

Di balik kerumunan atap rumah, menyembul matahari yang membola sempurna. Oranye. Mata saya seketika melengak ke atas, sejenak meninggalkan pemandangan Jalan Katamso yang menguji kesabaran mental. Langit berwarna-warni khas senja. Campur aduk antara kelabu, biru, ungu, merah jambu, jingga. Seketika saya bersua dengan sebuah rasa tak bernama. Kemurnian, barangkali deskripsi paling mendekati. Banyak hal yang membuat kita jatuh cinta pada hidup. Berkali-kali. Tak akan terukur dan tertakar akal mengapa kita jutaan kali mati dan lahir, seolah tak berakhir. Sesuatu dalam mortalitas ini mengundang kita untuk kembali, dan kembali lagi. Sesuatu dalam dunia materi, jasad, partikel, mengundang jiwa kita menjemput tubuh untuk ditumpangi dan kembali mengalami.

Dalam keadaan mabuk asmara, kita akan merasa lahir untuk seseorang yang kita cinta. Dalam keadaan terinspirasi, kita merasa lahir untuk berkarya dan mencipta. Seorang ibu, dalam puncak kebahagiaannya, akan merasa lahir untuk melahirkan buah hatinya. Untuk beragam alasan, kita jatuh hati pada hidup dan kehidupan. Cinta yang barangkali juga datang dan pergi sesuai dengan situasi yang terus berganti. Langit senja di jalanan macet ini menggerakkan saya untuk menelusuri cinta yang nyaris tak terganti, yang meski hidup sedang busuk dan menyebalkan, saya tahu kemurnian ini selalu menyertai jiwa saya. Untuk hal-hal inilah jiwa saya tergoda untuk kembali, dan kembali. Atau, minimal, hal-hal ini menjadi jaminan penghiburan jiwa saya selagi menjalani berbagai peran dan ragam drama yang harus dimainkan dalam hidup.

Dan inilah daftar tersebut, dalam susunan acak: Langit senja. Tertawa. Minum air putih. Suara hujan. Bergandengan tangan. Dalam kelima hal itu, ada kemurnian yang selalu menjemput jiwa saya untuk sejenak bersuaka. Riak dan gelombang boleh turun dan pasang, pasangan saya boleh berganti, sehat-sakit-susahsenang boleh bergilir ambil posisi, tapi ada keindahan yang bergeming saat saya masih diizinkan untuk menatap langit senja, untuk tertawa lepas, untuk mengalirkan air putih segar lewat tenggorokan, untuk mendengar derai hujan yang beradu dengan bumi, untuk merasakan hangat kulit manusia lain lewat genggaman. Sederhana memang, sama halnya dengan semua penelusuran pelik yang biasanya berakhir pada penjelasan sederhana. Sungguh saya tergoda berkata, kelima hal itu adalah kekasih saya sesungguhnya. Pacar-pacar gelap tapi tetap, yang dicumbu jiwa saya saat menjalin kasih dengan dunia materi dan sensasi ini. Bahkan kemacetan bubar sekolah di Jalan Katamso yang sempit tak mampu membendung cinta ini.

Kamis, 10 April 2014

Pendapat Pribadi tentang Wasit Sepak Bola

Aku ingat berpikir pada saat itu wasit ini telah layak untuk memukul, tapi kemudian saya berubah pikiran , setelah aku punya waktu untuk menenangkan diri . Kita semua mampu membuat kesalahan tentu saja.

Aku benar-benar percaya pada argumen bahwa replay video yang harus diperkenalkan dalam beberapa kapasitas , seperti dalam kasus ini tujuannya tidak akan diizinkan untuk berdiri .

Pekan demi pekan di Premiership banyak kesalahan yang dibuat yang memiliki dampak besar pada hasil pertandingan yang berbeda . Sepak bola adalah bisnis besar seperti hari ini dengan para pemain mendapatkan sejumlah besar seperti uang , tentunya kita harus memiliki sesuatu di tempat untuk memastikan bahwa beberapa kesalahan ini dihentikan selama pertandingan dan tidak hanya hal untuk berdebat setelah .

Aku benar-benar merasa cukup kasihan wasit sepak bola hari ini . Dengan begitu banyak pertandingan di televisi mereka sedang diteliti lebih dari sebelumnya . Bahkan jika mereka hanya mendapatkan satu keputusan yang salah selama pertandingan mereka masih menerima kritik.
Saya pribadi berpikir bahwa standar keseluruhan wasit di Liga Utama sangat baik dan bahwa kita harus mulai untuk turun masyarakat ini kembali . Namun saya ingin setiap wasit untuk diwawancarai setelah setiap pertandingan dengan cara yang sama seperti manajer sepakbola . Dengan melakukan hal ini mereka bisa menjelaskan kepada para pendukung mengapa mereka membuat keputusan tertentu selama pertandingan . Mereka juga bisa ditampilkan balasan dari beberapa insiden yang lebih besar dan diminta untuk mengomentari apakah mereka pikir mereka membuat keputusan yang tepat setelah melihat replay .

SALAM RAZI' Blog :)

Rabu, 09 April 2014

ayah

Sebuah Cerita tentang Ayah

Bapak itu anak laki-lakinya kakek nenek yang menjadi cintanya ibuku. Yap, begitulah aku mendefinisikan seorang bapak. Sebuah kutipan yang pernah aku baca disebuah sosial media; Bapak adalah cinta pertama anak perempuannya dan pahlawan terhebat anak laki-lakinya.
Sudah lebih dari 12 tahun aku tidak tinggal bersama bapakku karena kedua orang tuaku bercerai sejak aku masih duduk dikelas 3 SD. Kedua orang tuaku bercerai karena ibu sudah tidak tahan dengan perlakuan bapak yang kurang menyenangkan. Jadi untuk bicara soal kasih sayang dari seorang bapak, mungkin aku tidak seberuntung teman-teman lainnya yang masih memiliki keluarga yang utuh.
Masih tergambar jelas diingatanku saat malam-malam aku digendong bapakku keluar rumah. Malam itu dimana ibu memutuskan meminta bercerai dari bapak. Aku menangis digendongan bapak. Pada saat itu aku tidak mengerti mengapa mereka bertengkar, yang aku tahu mereka akan berpisah. Dan aku hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa, yang harus menerima kenyataan bahwa meja hijau meresmikan perceraian mereka.
Beberapa bulan semenjak perceraian, aku masih tinggal secara bergiliran dirumah bapak atau ibu. Senin sampai sabtu aku bersama ibu karena aku masih sekolah dan semua keperluan diurus oleh ibu. Menjelang sabtu sore sampai minggu aku tidur dirumah bapak.
Aku memang tinggal bersama ibu, tapi aku merasa lebih dekat dengan bapak. Entah kenapa aku jarang menceritakan masalahku dengan ibuku. Aku hanya merasa, kalau ibu sudah menanggung banyak beban, banyak masalah dan lebih butuh tempat untuk bercerita. Jadi selama aku bersama ibuku, ibuku lah yang banyak bercerita. Berbeda saat dengan bapak, aku dan bapak sama-sama banyak bercerita. Setiap kali aku menginap di rumah bapak, kami pasti membeli wafer sebagai cemilan dan malamnya bapak bercerita tentang banyak hal. Mulai dari masa mudanya yang aku tahu bahwa bapakku adalah seorang lelaki yang menyukai banyak wanita, atau memang semua lelaki jaman sekarang seperti itukah?
Tentu saja aku memiliki banyak hal yang bisa aku banggakan dari sosok bapakku. Bapakku ini seorang buruh disalah satu perusahaan BUMN yang mengurusi benda peninggalan jaman kerajaan Budha. Bapak adalah seorang pekerja keras yang mau berjuang demi kepentingan banyak orang. Kata bapak, selama pekerjaan itu bisa membantu orang lain dan menguntungkan untuk diri sendiri maka berjuanglah.
Ada kalanya aku merindukan kebersamaan bapak dan ibu kumpul jadi satu dan itu terjadi setiap kali hari raya. Seringkali aku iri dengan para tetangga yang bisa kumpul bersama keluarga besarnya. Yah, tapi apapun itu aku harus tetap mensyukuri kebersamaan aku hanya dengan ibu atau hanya dengan bapak.
Saat aku masih usia kanak-kanak, seperti idaman anak-anak akan seorang ayahnya, bapak selalu mendongeng untukku. Tentu saja dongeng kancil versi bapak. Ahh, membayangkan masa itu, aku jadi ingin kembali ke masa kecil.
Jujur saja, bapakku bukan orang yang lembut, pernah suatu ketika gegara aku tidak menurut perintahnya, aku dipukul pakai kemoceng. Aku tidak menangis di depannya, tapi aku berlari ke ibu dan menangis. Yah namanya anak kecil, tentu saja aku tidak merasa bersalah. Dan bapaklah yang meninta maaf. Bapak pernah bilang, apapun yang dilakukan anaknya kalau itu salah, itu bukan salah anaknya, tapi salah bapaknya karena tidak bisa mendidik anaknya dengan baik.
Aku bangganya memiliki ayah seperti ‘Bapak’.
kami bersama