bolak balik

SEMUA ORANG PASTI MENDAPAT COBAAN, JALANI DENGAN BERSYUKUR

Jumat, 31 Oktober 2014

Pemuda Aceh Dulu dan Kini


SETIAP 28 Oktober kita memperingati sebagai hari Sumpah Pemuda, di mana kejadian sejarah tersebut menjadi titik awal bangkitnya para pemuda di tanah air. Sebagaimana telah dicatat dalam sejarah bahwa ada tiga isu pokok yang didengungkan oleh pemuda kala itu, yaitu isu kebangsaan, tanah air dan bahasa. Pemuda Indonesia aabersatu dan bahu-membahu dalam memperjuangkan ketiga slogan tersebut.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tidak hanya merumuskan aspirasi yang hidup di kalangan pemuda, tetapi sekaligus menciptakan arah perjuangan pemuda. Bahkan sampai saat ini Sumpah Pemuda tetap bermakna dalam kehidupan bangsa. Hal ini menjadi bukti bahwa perumusan Sumpah Pemuda bukan hanya diperuntukkan untuk kebutuhan seketika. Sumpah Pemuda adalah tekad abadi yang mengikat setiap insan Indonesia akan fitrahnya yang terikat dalam kesatuan bangsa yang utuh (Ahmaddani, 1985).

Tentang sejarah kepemudaan di Indonesia, secara umum sampai saat ini masih bisa diakses secara mudah oleh masyarakat Indonesia, khsususnya para pelajar dan mahasiswa, melalui pelajaran wajib yang tersaji dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan yang dipelajari oleh seluruh lembaga pendidikan di setiap level, mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi (PT).

Namun tentang sejarah kepemudaan di Aceh secara khusus, tampaknya belum pernah dipelajari secara memadai oleh pemuda-pemuda Aceh. Hal ini sangat wajar, mengingat, dalam kurikulum pendidikan kita tidak memuat pelajaran tentang sejarah Aceh secara khusus. Jika pun ada, mungkin hanya sebatas sejarah Kerajaan Pasai, Kerajaan Aceh, kisah Teuku Umar, Cut Nyak Dhien dan Cut Nyak Mutia. Padahal pengetahuan tentang sejarah Aceh secara utuh sangat penting diketahui oleh pemuda-pemuda kita, guna mengenal Aceh lebih dekat.

Kontribusi pemuda
Dalam tulisan singkat ini, penulis hanya menguraikan secara ringkas tentang semangat dan kontribusi yang telah diberikan oleh pemuda-pemuda Aceh di masa lalu, sebagai bahan renungan kita semua. Seperti dicatat oleh Ali Hasjmy (1985) bahwa atas usaha-usaha dari para pemuda Aceh, pada 1916 telah didirikan cabang Syarikat Islam di Aceh. Dengan keseriusan pemuda-pemuda Aceh kala itu, organisasi ini berkembang cepat di Aceh. Syarikat Islam adalah organisasi yang bersifat Nasional yang saat itu diketuai oleh HOS Cokroaminoto.

Di samping itu, pada 1935 atas prakarsa Ali Hasjmy dan sejumlah pemuda Aceh yang belajar di Sumatera Barat, antara lain Said Abu Bakar, Muhammad Ali Piyeung dan Abdul Jalil Amin, dalam sebuah pembicaraan terbatas juga bermaksud mendirikan sebuah organisasi pemuda di Aceh. Dari perbincangan tersebut akhirnya dilaksanakanlah sebuah pertemuan besar yang melibatkan sekitar 50 orang pemuda Aceh yang diadakan di Montasik, Aceh Besar.

Pertemuan tersebut akhirnya melahirkan sebuah kesepakatan untuk mendirikan Serikat Pemuda Islam Aceh (SPIA) yang diketuai oleh Said Abu Bakar (Hasjmy, 1995: 71). Pada 1939, setelah berdirinya Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) di Matangglumpangdua yang diketuai oleh Tgk Muhammad Daud Beureueh, untuk menampung aspirasi para pemuda juga dibentuk organisasi Pemuda PUSA yang diketuai oleh seorang pemuda pemberani bernama Tgk Amir Husen Al-Mujahid (Hasjmy, 1985).

Pemuda Aceh juga terlibat aktif dalam berbagai aksi pergerakan kemerdekaan, baik pada masa pendudukan Belanda, pendudukan Jepang dan masa Revolusi Kemerdekaan. Sebagaimana telah dicatat oleh para penulis sejarah, bahwa kekosongan waktu antara 9 Agustus 1945 sampai 12 September 1945 telah dimanfaatkan secara cerdik dan heroik oleh para pemuda Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Peluang emas sebagai rahmat Allah Swt tersebut benar-benar telah diaktualisasikan secara efektif oleh pemuda Indonesia dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta.

Berita proklamasi kemerdekaan RI secara resmi baru diketahui oleh para pemuda Aceh pada 20 Agustus 1945. Sebelumnya berita proklamasi ini hanya diketahui oleh beberapa tokoh muda Aceh, di antaranya Husen Yusuf dan Ali Hasjmy. Mendengar kabar kemerdekaan tersebut, pada 23 Agustus 1945, seorang tokoh muda Aceh, T Nyak Arif berkeliling kota seraya memamerkan bendera Merah Putih dengan melalui pemukiman dan kantor-kantor militer Jepang di Kutaradja.

Menyadari betapa beratnya tugas menjaga kemerdekaan, T Nyak Arif juga menghimpun para pemuda Aceh yang ada di Kutaradja, di antaranya Syamaun Gaharu, Teuku Hamid Azwar, Nyak Neh, Said Usman, Teuku Sarong, Said Ali, Usman Nyak Gade dan Bachtiar Idham. Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan musyawarah yang diadakan oleh para pemuda tersebut terbentuklah Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan pada saat bersamaan lahir pula Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang diketuai oleh Ali Hasjmy (Jakobi, 1992: 1-11).

Semangat untuk merdeka dan lepas dari penjajahan telah menjadikan para pemuda Aceh rela berjuang mati-matian mengusir kafir penjajah dari bumi Aceh. Bermodalkan rasa nasionalisme yang tinggi, pemuda Aceh tidak hanya berjuang di kampung sendiri, tetapi para pemuda Aceh juga berbondong-bondong melakukan jihad di Medan Area pada saat terjadi agresi militer Belanda.

Pemuda Aceh masa kini
Setelah menyimak sekilas riwayat pemuda Aceh tempoe doeloe, lantas bagaimana dengan para pemuda Aceh hari ini? Apa yang telah mereka sumbangkan untuk Aceh --tanah kelahiran yang telah diperjuangkan matian-matian oleh pemuda tempoe doeloe? Jika pemuda Aceh dulu dengan semangat membara mengusir penjajah, sebaliknya ada sebagian pemuda kita hari ini yang justru bermental “penjajah”. Jika pemuda Aceh dulu menjunjung tinggi syariat Islam, pemuda Aceh hari ini malah ada yang telah “menukar” agamanya dengan poker dan domino. Jika pemuda Aceh dulu terlibat aktif dan kreatif dalam membangun negeri, sebagian pemuda kita hari ini malah menjadi gembong narkoba dan merusak masa depan anak negeri dengan ganja dan sabu-sabu. Jika pemuda Aceh dulu menjadi pembimbing masyarakat, pemuda Aceh hari ini ada yang jadi “tukang teror” masyarakat. Tragis memang.

Aceh membutuhkan pemuda yang mampu berkarya demi tanah kelahirannya, bukan pemuda yang hanya “numpang hidup” dan “numpang mati”. Kita butuh pemuda yang mandiri dan berdikari, bukan pemuda yang “sok” kuliah di luar negeri, tapi merengek ingin jadi pegawai negeri. Kita butuh pemuda berjiwa reformis, bukan pemuda cengeng yang cuma bisa “mengemis”. Kita butuh pemuda yang punya jati diri, bukan pemuda yang menggadaikan idealisme demi sebungkus nasi.

Namun demikian, penulis optimis, bahwa pemuda-pemuda tangguh masih ada dan akan selalu muncul di Aceh, meskipun dalam jumlah yang “sekarat”. Mereka adalah para pemuda yang menggunakan segenap potensi dan intelegensinya demi membangun negeri. Meskipun di tengah “badai”, mereka tetap berkiprah sesuai bidangnya masing-masing.

Pemuda tangguh akan mengabdikan diri sesuai profesi yang digeluti. Seorang dokter akan melayani pasiennya tanpa pandang bulu, seorang guru akan mencerdaskan anak-anak negeri tanpa mengeluh, seorang polisi dan tentara akan memberikan rasa aman kepada rakyatnya, seorang politisi akan memperjuangkan aspirasi rakyat dan tidak menjadikan mereka sebagai komoditi. Demikian pula dengan seorang Gubernur atawa Bupati akan memastikan agar rakyatnya tetap bisa tersenyum dan tidak membiarkan mereka “mengikat perut”.  

Sudah saatnya pemuda Aceh bangkit dan berdedikasi untuk negeri. Di tangan pemudalah negeri ini dititipkan oleh para indatu. Negeri ini tidak akan bernilai jika pemuda-pemudanya “lalai”. Harapan untuk melakukan perubahan ada di pundak para pemuda. Kita tentu masih ingat bahwa bapak pendiri bangsa, Soekarno pernah berujar: “berilah aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, dan berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. Bangkitlah pemuda Aceh!” Wallahul Musta’an.

Minggu, 26 Oktober 2014

Tanpa Kabar darimu


Sekarang, aku harus membiarkan diri bernapas tanpa perhatianmu. Aku mengawali hari, sambil menatap ponselku yang sepi tanpa kabarmu. Aku mencoba menerima kenyataan ini, sebagai pemuda yang bukan siapa-siapamu, aku tak bisa menuntut banyak. Aku hanya bisa hanya bisa mencintaimu dari sini dan jika rindu, yang kulakukan hanya satu, membaca ulang pesan singkat kita.

Pagi tadi, aku melawan rasa sakitku, ingin melihatmu disekolah, entah ingin memanggil nama kesayangan yang kuberikan padamu atau sekedar mengingatkan jangan telat makan, atau mungkin berkata rindu. Abaikan itu semua, Sayang, kau tahu sejak awal aku adalah pemuda yang tahan banting disakiti berkali-kali jika sudah terlalu mencintai.

Aku terlalu menyakinkan diriku bahwa suatu saat nanti kaulah sosok yang akan  membahagiakanku, aku telah memimpikan banyak hal, kaukan membawa matahari untukku dan mengusir semua mendung yang menutupi hariku. Kaukan bawa aku ke langit yang paling cerah, membawaku terbang, melihat betapa padatnya kota ini masih ada bunga-bunga yang bisa membuat kita tersenyum. Kamu akan membawaku pulang ke hatimu dan kita membuat banyak daftar mimpi baru untuk kita wujudkan bersama.

Siang tadi, aku masih menatap ponsel berkali-kali, berharap itu kamu yang mungkin saja sama rindunya denganku. Sayang, kautahu aku ini pemuda yang senang merajuk tapi didalam hati ini ada rindu yang ingin meledak dalam amarah. Seperti janji-janji kita pada setiap pesan singkat, entah kapan Tuhan mau inginkan hal itu terjadi, kita pasti akan berpeluk secara nyata. Doa yang kusebutkan malam itu pasti menemukan jawabannya dan jawaban itu adalah kamu. Tapi, aku tak tahu kapan saat itu datang, aku tak tahu harus bersabar berapa lama lagi. Aku tak tahu harus menunggu sampai kapan lagi.

Jemari ini telah lelah menyentuh hatimu yang dingin. Kaki ini telah tak sanggup lagi melangkah karena enggan kau bawa lari jauh-jauh lagi, aku takut dipersimpangan jalan sana, kaukan meninggalkanku, mengejar tujuanmu sendiri tanpa menyertakanku dalam langkahku. Adakah kau tahu, Sayang, pemuda yang selalu menunggumu pulang ini tak secerewet ini jikasehari saja kau kabari dia, kausapa dia, kau beri sedikit cium meskipun cium itu masih berbentuk emoticon dan tulisan.

Aku sendiri kesepian, aku kehilangan senyumku, senyumku seakan-akan tergantung pada kehadiranmu. Kau jauh disana, entah sedang apa atau mungkin sedang sibuk, mungkin disana kau juga lupa ada yang diam-diam mendoakanmu, melipat tangannya, menitikan air matanya, saat berkali-kali namamu tak absen dalam doanya.

Sayang, tolong kembalikan senyumku. Eh, tapi aku sedikit senyum, deh. Aku tadi sedikit tersenyum karena senyum tukang es kamilo yang berdiri didepan rumahku. Ya, pokoknya singkat kata, kamu pulang ya. Cepet ! aku kangen kamu, kangen kita, kangen semua. Tolong jangan pergi lagi.

Rabu, 15 Oktober 2014

Selamat Jalan Ayah


Ke inginan awal merujuk orang tua dari Rumah Sakit Teuku Peukan Abdya, ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin agar segera dapat tindakan yang maksimal, namun ternyata setelah dua hari masih tetap berada di IGD, tak ada pelayanan yang luar biasa kecuali janji tindakan operasi yang entah kapan akan terwujud.

Suara gemuruh pasien di IGD Rumah Sakit, membuat tidurku tak nyenyak. Lantas ku langsung terbangun dan menatap sebuah mobil ambulance yang terparkir rapi didepan pintu masuk IGD. Ayah hanya tertidur lemah diatas ranjang yang apa adanya, dengan keadaan koma yang dari kemarin dialami ayah. Ayah hanya tertidur lurus dengan selang infus ditangan dan bantuan oksigen dihidung dan alat pendeteksi jantung. Dengan nafas yang terengah rengah, ayah berjuang melawan komanya.

Ayah tak mendengar apa yang ku bisikkan, tak mendengar apa yang ku katakan ditelinganya. Hanya helaan nafas ayah yang terdengar ditelingaku. Aku tak tau harus berbuat apa dengan kondisi ayah seperti ini. entahlah, aku hanya pasrah dan terus berdoa dan tawakal.

Hari itu, minggu 12 Oktober 2014, keadaan ayah semakin menurun seluruh keluarga mengeluarkan air mata, tapi tidak denganku. Aku hanya menatap ayah dengan fokus yang sedang diperiksa oleh tim dokter. Bibirku selalu ku basahi dengan doa-doa untuk ayah, hanya fokus pada ayah.

Fikiran ku melayang-layang tak menentu, hanya istighfar yang ku ucapkan pada saat itu. Tim dokter terus melihat kondisi ayah, terus memerhatikan laju cairan infus yang masuk  ke dalam tubuh ayah, dan aku terus memperhatikan monitor pendeteksi jantung, paru-paru, tekanan darah dan denyut nadi seraya berzikir.

Azan dhuhur berkumandang indah di seantero ruangan IGD yang padat pasien, aku langsung bergegas ke masjid untuk melaksanakan kewajiban. Dengan keresahan hati, aku langsung masuk ke mesjid. Ku lantunkan permohonan doa kepada Yang Mahan Kuasa. Aku berharap ada mukjizat hari ini.

Setelah melaksanakan sholat, aku langsung kembali ke ruang IGD tempat ayahku berada, masih juga ku lihat monitor pendeteksi itu, keresahan hatiku memuncak. Tak lama aku langsung mendekati telinga kanan ayahku, dan membisikkan dua kalimah syahat, dan takbir. Namun sayang, ayah tak mengikuti perkataanku, dan hanya mendengarkan saja.

Ruangan semakin dingin karena ruangan itu full AC (Air Conditioner) ku silangkan kedua tanganku ke badan agar terasa hangat. Ku raba kedua kaki ayah, yang terasa sedikit dingin. Langsung saja fikiran ku kembali melayang, dan memikirkan yang bukan-bukan. Pernah ku berfikir, “mungkin kaki ayah dingin, karena AC nya yang menyebabkan kaki ayah dingin’’.

Masih ku pandang sebuah monitor yang terpajang kokoh di dinding ruang IGD, aku tak mau beranjak dari monitor itu. aku tak memnikirkan kesehatan ku yang dari semalam belum makan, dan mata masih dalam keadaan mengantuk. Dengan keadaan begini, aku memaksakan diriku untuk bertahan sejenak demi ayah. Masih terdengar suara nafas ayah yang terengah-rengah dan yang sedang berjuang melawan komanya diatas ranjang sederhana.

Tak sanggup melihat ayah berjuang sendiri dalam melawan komanya, ayah hebat, ayah tak membutuhkan teman dalam melawan komanya, ayah tak meminta bantuan orang lain, dia berjuang sendiri dengan penuh semangat. Tak ada kata sakit, lelah, ataupun takut, dia hanya terdiam lemas dan tak bergeming.

Tim dokter datang untuk melihat kondisi ayah, yang semakin drop. Kini aku hanya bisa melihat ayah dari luar tirai ruangan IGD. Semua keluarga menunggu diluar dan menjatuhkan air mata, seraya melihat ayah sedang dipompa dadanya, memastikan bahwa ayah baik-baik saja atau sebaliknya.

Namun Allah berkata lain, lebih kurang pukul 13:30 WIB. Ayah dijemput oleh Tentara Allah dengan tenang. Suasana duka pun menyelimuti sebagian ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) tempat dimana ayah menghembuskan nafas terakhir. Sejenak aku merenungi kenangan bersama ayah, kenangan indah bersamanya dan hampir tak ada kenangan buruk semasa ayah masih hidup.

Aku sangat kehilangan sosok pemimpin yang belum kutemui kepemimpinan nya pada orang lain. Aku kehilangan panutan, teladan yang baik dari ayah. tak kan ada yang bisa menggantikan posisi ayah dihatiku, diotakku, dan diseluruh tubuhku. Kini ayah telah tiada aku hanya menggepal tangan meronta-ronta ingin kubunuh dokter dan perawat yang menangani ayahku tadi.

Aku tak tahu setan apa yang telah merasuki tubuhku hingga emosiku segitunya ingin membunuh. Astaghfirullah hal’azim salah seorang keluarga mengingatkan ku.  Ayah pergi dengan sangat tenang, tak ada tanda-tanda kesakitan pada saat beliau pergi. Wajah ayah bersinar sembari senyumannya, dengan paras seperti orang tidur saja.

Doa kupanjatkan hanya untukmu yah, semoga ayah tenang dialam sana, semoga ayah ditempatkan kedalam surga firdaus yah, ananda bangga punya orang tua seperti ayah. ananda akan selalu mendoakan ayah, semoga ayah dilapangkan kubur, diberi tempat yang paling nyaman disana. Dan semoga ayah bertemu Allah disana ya yah. Ananda akan selalu ingat sama ayah, kenangan bersama ayah dan semoga ayah ditempatkan bersama para ulama dan Rasulullah SAW. Amin.

Selamat jalan ayah, semoga ayah tenang dialam sana. Sampai jumpa di yaumil akhir yah, semoga kita bisa jumpa disana, masuk surga bersama-sama. Ananda tau ayah pasti sedang lihat ananda nulis ini untuk ayah, pasti ayah lihat dari surga, bersama mamak, abang dan nenek. Pasti ayah tersenyumkan yah, ananda bisa merasakan itu semua.

Minggu 12 oktober 2014. 13:30 WIB. IGD RSUDZA Banda Aceh.

Minggu, 05 Oktober 2014

Kau yang Selalu Ku Perjuangkan

Entah mengapa orang yang dekat denganku kini berubah jauh dari yang ku harapkan. Entah aku yang salah atau tidak, hal yang ku tak ingin terjadi kembali. Entah mengapa malam ini, dia berubah dari malam-malam kemarin aku tak tahu. Pada malam itu kesabaranku di uji kembali untuk yang ke sekian kalinya. Aku memakluminya dan mengerti dengan apa yang dia rasakan sekarang.

Malam ini hanya tinggal aku dan Engkau Tuhan, aku ingin sedikit bercerita tentang malam ini padaMu, Tuhan. Aku yakin Engkau mau mendengar ceritaku ini, aku tak tahu harus bagaimana pada malam itu, dirinya yang paling ku sayang tapi berbeda jauh dengan yang ku harapkan. Mungkin Engkau sering mendengar ku menulis untuknya, dengan frasa kata yang berulang-ulang. Tapi kekaguman ku padanya tak sirna dengan perubahan yang sedemikian rupa.

Tak masalah, bagiku perubahan adalah suatu bentuk kedewasaan seseorang dalam menyikapi berbagai hal dan masalah hidup. Mungkin Wanita Manis itu lagi beranjak dewasa, aku paham dan mengerti dengan keadaan ini. dengan penuh kesabaran aku tak menghiraukan malam ini, mungkin dia hanya ingin sendiri dan tak mau diganggu, ya aku merasakan itu.

Tuhan, masih seperti doa kemarin, aku tak mau dia jauh dari ku Tuhan, aku ingin selalu didekatnya. Aku ingin selalu memeluknya, menyanyanginya, mancintainya, memanjakannya, tanpa melupakan sayangku pdaMu, Tuhan. Aku ingin seperti dulu Tuhan, walaupun dia tak begitu padaku Tuhan, aku ikhlas, aku rela menangis deminya Tuhan, demi seorang Wanita Manis, yang diam-diam ku mencintainya.

Sekarang aku serba salah Tuhan, hanya Engkau yang bisa mendengar doaku ini Tuhan. Aku tak ingin berandai-andai Tuhan, kisah ini sudah lama kuperjuangkan dan tak mudah untuk ku lupakan. Mungkin dia mudah melupakan, karena bukan dia yang berjuang, melainkan seorang pemuda yang kini usianya beranjak 17 tahun.

Mungkin karena kebiasaan ku yang membuat dia begini, susah meninggalkan kebiasaan itu kebiasaan yang telah lama mendiami jiwaku, dan sangat susah mengusirnya dari jiwaku. Tapi demi dia aku akan berusaha meninggalkan kebiasaan itu, agar tak ada cerita seperti malam ini kembali.

Sekarang terserah padaMu, Tuhan. Engkau yang berhak menentukan, dan kami hanya bisa merencanakan. Aku hanya pasrah dengan drama ini, aku hanya bisa sabar dan tawakal, mungkin ini karmaku, atau mungkin ini takdirku, entahlah. Kalimat ini selalu ku lantunkan sangat bersamaMu, Tuhan. Aku tak ingin jauh darinya, aku ingin selalu bersamanya.

Aku tak memperhatikan kesehatanku demi untuk dia, dari semalam sampai pagi ini aku hanya merasakan sakit yang luar biasa dikepala, rasa sedih pada malam itupun makin membuat kepala ku sangat pusing. Aku tak memberitahukan tentang keadaan ku sekarang padanya Tuhan, aku tak mau dia mengkhawatirkan aku. Biarlah aku saja yang merasakan sakit seperti ini, sudah biasa dan sudah sangat terbiasa. Dengan keadaan sakit, mataku tak mau terpejam hanya menatap langit-langit kamarku yang gelap tanpa cahaya sinar sedikitpun. Pikiran melayang-layang bak kupu-kupu yang beterbangan kesana-kemari.

Mungkin ini permintaan ku yang kesekian kalinya padamu, Wanita Manis ku. Jangan pernah jauh dariku, tetap disini menjadi penyemangat bagiku, tetap menjadi madu dihatiku, tetap menjadi bidadari dalam hidupku, dan tetap menjadi kebanggan bagiku.


Sekali lagi aku ingin mengatakan “Minal Aidhin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin My Intan Payong ”. Bang Jijie

Harapan di Hari Lahirku

Jam menunjukkan pukul 00:00 alarm pun berbunyi nyaring di seantero rumahku, menandakan hari lahirku telah tiba. Hari Jumat aku sampai diusia 17 tahun atau yang lebih dikenal dengan nama sweatseventeen, hahaha...... Rasa syukurpun ku panjatkan kepada Sang Maha Pencipta, karena sampai diusia saat ini masih diberi nikmat umur panjang dan nikmat kesehatan yang tak ternilai harganya.

Terimakasih Tuhan, hingga saat ini Engkau masih memberi umur panjang dan kesehatan yang begitu luar biasa. Terimakasih Engkau selalu senantiasa menerima doa-doa hamba yang selalu hamba pinta. Terimakasih keluarga dan teman-teman, terimakasih sudah bersama selamanya mengarungi lautan dengan penuh semangat.

Terimakasih yang tak terhingga buat yang spesial dihatiku, terimakasih telah bersamaku hingga aku menduduki usia yang ke-17 ini, aku sangat bahagia berharap ditahun ini dapat menjadi penakhluk angin seperti yang kau harapkan. Terimakasih Wanita Manis, untuk kata-katanya,  sangat puitis sekali.

Tuhan, dihari kelahiran ku ini, aku ingin berbicara sedikit denganMu. Aku hanya berharap padaMu, semoga aku lebih dekat denganMu, lebih mencintai RasulMu, lebih menyanyangi Wanita Manis itu tanpa menghilangkan rasa cintaku padaMu. Tuhan, aku tak berharap ada yang merayakan ulang tahunku ini, aku bukan seperti orang lain, yang merayakan ulang tahunnya dengan orang wanita spesialnya, tapi tidak dengan aku, Tuhan. Aku tidak berharap yang demikian pada Wanita Manis itu, aku hanya berharap dia selalu dekat dengan ku, agar aku bisa menjadi penakhluk seperti yang di inginkan.

Tuhan, berikan wanita manis itu, kesehatan umur panjang sehingga dia selalu disampingku, terimakasih Intan Payong atas kadonya, walaupun tidak kenyataan, aku sangat bahagia dan sangat senang, teteap menjadi penyemangat bagiku, tetap menjadi madu dalam hidupku, tetap menjadi si manis dalam hatiku dan tetap menjadi bidadari yang selalu ada disaat aku lelah, yang bisa meminjamkan bahumu untuk sejenak ku merenungkan dan menjatuhkan air mata, karena kesalahanku.

Tuhan, aku masih mau membicarakan tentang Wanita Manis itu kepadaMu, aku tak ingin bercerita tentang orang lain sekarang. Seorang wanita yang selalu ku perbincangkan sangat lama denganMu. Engkau pasti mengetahui siapa wanita itu, dia adalah penyemangatku, Tuhan. Aku sangat menyanyanginya, tapi aku tak tahu apakah dia menyanyangi aku?

Hanya Engkau yang tahu, Tuhan. Aku tak berhak mengetahuinya, mungkin nanti akan kuketahui, atau besok, atau suatu hari, entahlah itu semua ku serahkan padaMu. Mungkin suatu saat nanti, Engkau akan memberi tahu yang sebenarnya, aku tahu Engkau Dzat yang paling jujur, dan aku akan senantiasa menunggunya.

Mungkin, dihari lahirku yang ke-17 ini, aku tidak banyak berharap padaMu. Aku hanya meminta, panjang umur, sehat jasmani dan rohani, dapat membanggakan orang tua, lulus UN 2014, dan makin sayang sama Wanita Manis. Cukup itu saja, Tuhan. Sangat sederhana bukan, permintaan ku, semoga Engkau mengabulkannya.


Ya Allah, Amin Ya Rabbal ‘alamin. . . .

Wisata Pemandian Air Terjun Pucok Krung

Air Terjun Pucok Krung
Kali ini kita berada disebuah tempat Wisata Pemandian yang tak kalah menarik dengan tempat yang lain, tempat itu adalah “Air Terjun Pucok Krung”. Untuk mencapai lokasi Air Terjun Pucok Krung dimulai dari Ibukota Aceh Barat Daya (Blangpidie) dengan menempuh jarak lebih kurang 10 km, dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Setelah melewati tugu selamat datang di Ibukota Abdya, didesa Cot Mane dan Kuta Jeumpa kecamatan Jeumpa. Kita  membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menuju lokasi pemandian, karena jalannya masuk ke perkampungan penduduk setempat dan banyak anak-anak yang bermain dijalanan.

Nah, setelah melewati perkampungan penduduk barulah kita disapa oleh pengunungan yang tinggi disebelah kanan, dan air pucok krung disebelah kiri, menyambut kedatangan kita. Setelah kita mencapai tempat parkir yang telah disediakan oleh petugas disana. Untuk mencapai Air Terjun Pucok Krung kita membutuhkan waktu sekita 5-6 menit dengan berjalan kaki.

Selama perjalanan, kita akan ditemani nyanyian burung-burung liar yang bertengger di dahan-dahan pepohonan yang menjulang tinggi. Pemandangan alami dan bersahabat selama perjalanan membuat mata kita dimanjakan oleh pesona alam yang begitu indahnya, dan dengan tebing-tebing yang sangat tinggi, sehingga memacu adrenalin bagi siapa yang melewatinya. Sehingga perjalanan kita tidak akan terasa melelahkan.

Air Terjun Pucok Krung
Nah, setelah berjalan kaki, akhirnya sampailah kita ke tempat wisata pemandia air terjun pucok krung. Air yang berwana biru seakan membuat kita tak ingin melewatkan momen ini. namun, sayangnya pemandian ini hanya diperuntukkan untuk para lelaki yang mengetahui tempat ini saja, tidak untuk para wanita dan para wisatawan luar. Karena mengingat medan tempuh yang sangat jauh dan berat, maka penduduk setempat melarang bagi kaum wanita menuju ke air terjun tersebut, melainkan hanya disekitar jalan raya saja.


Tak lengkap rasanya kalau kita tidak membawa bekal saat akan menuju ke Air Terjun Pucok Krung, karena disana tidak ada yang berjualan, melainkan hanya suara air yang jatuh dari atas. Nah, inilah daerahku tempat ku dilahirkan dan dibesarkan. Sampai jumpa pada wisata selanjutnya.. bye.. bye..

Jumat, 03 Oktober 2014

Aku Tak Minta Banyak Hal, Tuhan


Aku tahu kamu tak pernah sibuk. Aku tahu kamu selalu mendengar isi hatiku meskipun kamu tak segera pukpuk di bahuku. Aku tak perlu curiga padaMu, soal kamu mendengar doaku atau tidak. Aku percaya telingaMu selalu tersedia untuk siapapun yang percaya padaMu. Aku yakin pelukanMu selalu terbuka bagi siapapun yang lelah pada dunia yang membuatnya menggigil. Aku mengerti tanganMu selalu siap menyatukan kembali kepingang-kepingan hati yang patah.
Masih tentang hal yang sama, Tuhan. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia. Wanita Manis, seseorang yang selalu kuperbincangkan sangat lama bersamaMu. Seseorang yang selalu kusebut dalam frasa kata ketika aku bercakap panjang denganMu.

Aku sudah tau perpisahan yang Kau ciptakan adalah sesuatu yang terbaik untukku. Aku mengerti kalu kamu sudah mempersiapkan seseorang yang jauh lebih darinya. Tapi bukan berarti aku harus absen menyebut namanya dalam doaku bukan ?

Permintaan yang sama seperti kemarin, Tuhan. Jagalah kebahagiannya untukku. Bahagiakan dia untukku. Senyumnya dalah segalanya yang kuharapkan. Bahkan, aku rela menangis untuknya agar ada lengkungan senyum di bibirnya. Aku ingin lakukan apapun untuknya, tanpa melupakan rasa cintaku padaMu. Aku memang tak menyentuhnya. Tapi.... dalam jarak sejauh ini, aku bisa terus memeluknya dalam doa.

Pernah berpikir agar aku terkena amnesia dan melupakan segala sakit yang pernah kurasa. Rasanya hidup tak akan terlalu rumit jika setiap orang mudah melupakan rasa sakit dan hanya mengingat rasa bahagia. Namun.... aku tahu hidup tak bisa seperti itu, Tuhan. Harus ada rasa sakit agar kita tahu rasa bahagia. Tapi, bagiku rasa sakit yang terlalu sering bisa membuat seseorang menikmati yang telah terjadi. Itu dalam persepsiku, Tuhan. Kalau pendapatMu berbeda juga tak apa-apa.

Kembali pada bagian awal. Aku hanya ingin dia bahagia. Cukup !!!!