bolak balik

SEMUA ORANG PASTI MENDAPAT COBAAN, JALANI DENGAN BERSYUKUR

Minggu, 07 Desember 2014

3th Kebersamaan Famnosta







Berawal dari sikap malu dari pribadi kita masing-masing, membuat kita enggan untuk berjabat tangan dan saling berkenalan, mungkin itulah sikap anak-anak famnosta. Hari demi Hari kita lalui dan rasa malu itupun sirna bagaikan ditelan waktu......

Mungkin itulah pertama kali kita berkenalan dengan sikap yang masih malu-malu..
3th hampir berlalu. Suka dan duka sama-sama kita jalanin, semua rintangan selalu bersama kita lewati, kenakalan dan keributan dikelas akan membuat kita menangis saat mengingat masa-masa itu.

Tinggal beberapa bulan lagi kawan, bahkan beberapa hari lagi kita bertahan disebuah ruangan yang kita anggap begitu mewah. Dan setelah itu kita akan menentukan kemana langkah kita selanjutnya, demi menggapi sebuah impian yang kita idam-idamkan sejak dari bangku sekolah.

FAMNOSTA...........
Nama lembut yang kita buat dan kita sepekati bersama, penuh dengan rasa haru dan bahagia yang akan selalu kita kenang ketika sukses tiba. Tiga puluh otak anak manusia menyatu dalam satu nama yaitu FAMNOSTA ( FAMOUS OF GENOSTA) “Generasi Sepuluh yang Terkenal. Dengan lambang padi dan kapas, menandakan kita selalu bersahabat selalu menjaga tali silaturrahmi antar sesama teman.

Semua itu menyatu dalam satu kalimat semboyan, yang kita pegang dan kita jaga dari tangan-tangan jahil yaitu: “STILL TO CLOUD AND THE ANOTHER FORM”. Hanya sebentar lagi teman, waktukan memisahkan kita, menghantarkan kita kepada gerbang kehidupan yang sebenarnya.

FAMNOSTA...........
Terlalu singkat waktu kita teman, terlalu indah kebersamaan kita teman, tak terasa kini kita sudah hampir tiba dipenghujung waktu. Aku menyanyangi kalian teman, akan kukenang cerita kita dalam sebuah kotak kenangan yang kujaga dan kubawa kemana kaki ini melangkah.

FAMNOSTA...........
Bermakna, dan akan kujaga nama itu dan selalu kukenang, demi persahabatan kita temanku.

Terimakasih kawan, telah mengajariku arti persahabatan dan kebersamaan yang begitu luar biasa. Nama kalian akan kukenang didalam hati dan selalu kuingat dalam benakku.

Terimakasih member of FAMNOSTA, sudah bersama seraya berjalannya waktu, semoga kita selalu sehat dan selalu dalam perlindungan Allah, semoga diberi kesuksesan didunia dan diakhirat.

Jumat, 05 Desember 2014

Sukses di Usia Muda




Suara ayam berkokok, menunjukan bahwa subuh telah tiba, aku segera bangun dari tempat tidurku dan merapikan selimut, ku berjalan ke kamar mandi dengan keadaan mata yang masih mengantuk. Langsung saja kubasuh mukaku dengan air sembari ku ucapkan niat sebelum berwudhu. Suara rintik hujan dan udara subuh yang dingin, tak membuat semangatku pudar untuk melaksanakan perintah Allah.

Kamudian aku kembali ke kamar untuk melaksanakan sholat subuh. Rasa dingin yang kualami sejak bangun dari tempat tidur tadi kini sirna setelah wajahku, ku palingkan ke sebelah kanan dan seraya mengucapkan salam dan juga sebaliknya ke sebelah kiri. Zikir kulantunkan setelah ku bertemu denganMu (sholat). Tangan kutadahkan ke atas berharap ampunanMu dan berharap rahmatMu ya Rabbi.

Setelah melakukan kewajiban kepada sang Pencipta, kemudian langsung saja kubaca buku pelajaran pada hati ini. ya, aku suka belajar pada saat waktu subuh, sehingga pelajaran cepat masuk dan mudah dimengerti. Disela-sela aku sedang belajar, aku teringat akan sebuah nasehat Almarhum Ayahku. “Belajar yang sungguh-sungguh, supaya kamu jadi orang yang sukses, di usia muda maupun di usia tua, tapi jangan pernah meninggalkan sholat ya”.

Air mata jatuh bagaikan kilat datang dan membasahi buku yang sedang kubaca waktu itu, aku terharu dengan nasehat ayah tersebut, kemudian langsung  saja kupanjatkan doa untuk ayah. “Ya Rabbi, ampunilah semua kesalahan ayah hamba, berikanlah beliau tempat yang baik disisiMu ya Rabbi, sampaikanlah harapan ayah hamba kepada hamba ya Allah, amin”. Doaku dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 06:00 WIB, aku bergegas mengambil handuk dan segera berlari ke kamar mandi. Setelah mandi, aku langsung bersiap-siap ke sekolah. Sekolah ku sedikit jauh dari desaku, makanya aku bergegas dengan cepat, aku takut terlambat dan takut dihukum oleh guru, itu adalah hal yang memalukan.

Setelah siap, aku berpamitan pada ibu yang lagi memasak didapur, kemudian ibu berseru, “Sarapan dulu nak” ibu meneriaki ku, “Sarapan disekolah saja bu”, aku membalas suara ibu. Langsung kutarik gas siMerah (nama panggilan untuk keretaku) dengan cepat, berharap 7-8 menit sampai dengan selamat ke sekolah.

Beberapa menit kemudian......
                       
Aku sampai disekolah dengan selamat, “Alhamdulillah” kataku dalam hati. Langsung saja kuparkirkan siMerah disebelah kelasku, lalu aku menuju ke kantin sekolah ku. Nah, sampai dikanti aku dibayangi lagi oleh nasehat ayahku yang tadi pagi membuat air mataku jatuh. Aku berfikir, “Ada apa gerangan ?” pikirku dalam hati. Yang ada dalam benakku hanyalah nasehat itu saja, sukses, sukses, sukses, dan sukses. Entah setan apa yang telah masuk kedalam jiwaku sehingga aku terus memikirkan nasehat itu.

            Bel pun berbunyi di seantero kantin sekolah, aku berjalan dengan tergesa-gesa melawati lorong-lorong kelas yang riuh dengan penghuninya. Aku tetap fokus melanjutkan perjalanan ke kelasku dengan tergesa-gesa. Sesampainya dikelas, aku hanya terdiam dibangku dan tak mengeluarkan satu kata pun, dan hal itu berlanjut sampai pelajaran pertama selesai. Salah seorang temanku berkata padaku. “Kenapa kamu agak lain hari ini?”. Tanya nya dengan serius, lalu aku menjawab, ‘’Tidak apa-apa kawan”.

            Jam pelajaran pun berganti, kini giliran pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu pelajaran yang paling aku sukai. Aku memerhatikan penjelasan guruku dengan baik dan benar, dan tak sedikit pun mataku berkedip saat sang guru sedang menjelaskan pelajarannya. Aku sangat faham dengan pelajaran ini karena pelajaran ini sangat aku sukai, dan aku selalu mendapat nilai bagus ketika ujian ataupun ulangan harian.

            Itu semua ku lakukan semata-mata karena Allah, dan Almarhum ayahku yang telah duluan meninggalkanku. Aku hanya ingin membahagiakan ayah, hanya ingin mewujudkan cita-cita ayah, menjaga nasehat ayah yang telah diwariskan kepadaku. Ayah ingin anak-anaknya sukses, dan aku akan mencari kesuksesan itu.

            Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, selalu ku sematkan nasehat ayah itu dalam setiap lantunan doaku kepada Sang Kuasa, kini aku semakin giat belajar, dengan doa ingin menjadi orang sukses dari usia muda sampai usia tua tiba, ini akan selalu menjadi pedoman hidupku dan akan selalu melekat dalam jiwaku, bahwa sukses itu tak perlu tunggu masa tua.

Kamis, 04 Desember 2014

Puzzle Kehidupan ( Rahmad Ramadhan )

Rahmad Ramadhan ( Ajibon )
Suatu hari disaat Matahari menyambut pagi,embun dan rumput pun ikut bergoyang. Ada sebuah cerita dimana ‘’ Karena Nasehat Sahabat Aku Bisa Untuk Memulai Menjadi Seorang Pemimpin ‘’.Kisah ini dimulai,ketika dulunya saya tidak begitu berani untuk ber Organisasi apalagi untuk memimpin suatu organisasi.Bulan demi bulan pun terus berganti sedangkan Umur ku pun mulai bertambah,terpikir di pikiranku ‘’Apa yg Membuat Orang bisa Menjadi Succes ‘’,suatu pikiran yang tidak dapat saya jawab secara detail.

Waktu terus berputar sehingga diriku mulai mencari Puzzel tentang hal yang belum saya ketahuai secara detail.Ketika saat Matahari terbenam di saat itulah kesempatan diriku untuk bertanya kepada orang yang sangat saya  idolakan, tapi diriku tidak bertanya tentang tentang puzzel yang sedang saya cari,malah diriku bertanya tentang ‘’Bagaimana sosok kakek dulu ‘’.

Wajah dirinya yang tadinya kelihatan gembira,tiba-tiba terlihat seperti mata yang memerah yang membuat air mata kerinduan kembali ter ulang. Waktu berdetak yang membuat jantung juga ikut berdetak,saat itulah bibirnya pun mulai perlahan-lahan untuk bercerita sehingga ketika bibirnya mulai berhenti.

            Tak kukira, mata diriku yang tadinya penuh dengan penasaran menjadi Ekpreasi wajah dengan penuh dengan kebanggaan karena sosok Kakek yang luar biasa. Angin malam pun mulai membuat tubuhku tak hangat lagi membuat diriku makin penasaran tentang puzzel yang belum terjawab.

Matahari mulai tersenyum ketika diriku ingin      memulai cari tahu puzzel secara detail,ketika orang-orang menjalani aktivitas sehari-hari,maka tiba lah saatnya diriku untuk membuat sebuah masalah,tapi bukan masalah yang membuat orang lain rugi,pada intinya adalah masalah yang bisa menjelaskan pazzel secara detail.

Ketika diriku sedang memikirkan sesuatu tiba-  tiba telingaku mendengar seseorang sedang memanggil namaku,tidakku sanggka sahabat lamaku rupanya. Diri ku yang tadinya penuh dengan rasa penasaran menjadi bahagia. Waktu yang sangat singkat pun  membuat diriku tidak meyia-yiakan untuk ngobrol dan sekalian  membahas tentang ’Apa yg Membuat Orang bisa Menjadi Succes.

 Saya pun mulai demi sedikit bercerita sehingga  dan dirinya pun berkata ‘’ Pengalamanlah yang membuat kita menjadi orang yang succes ,jalanilah apa yang kamu inginkan karena hidup yang mulus itu tidak pernah ada tapi nyakinlah dengan dirimu sendiri karena kami selalu mendukungmu begitu juga sebaliknya terhadap orang lain. ‘


            Aku pun terdiam sesaat,air mata mulai mengkristal dan rasa semangat pun yang membara mulai muncul dan aku mulai menyakini bisa menjadi seorang pemimpin dan aku percaya bahwa nasehat dirinya adalah pazzel yang sesungguhnya yang sedang aku cari.

-salam hangat. Rahmad Ramadhan
                             

Moment di Perjalanan


Lamnyong

Ulee Lhee

Depan Mesjid Raya

Ulee Kareng

Lamnyong

Lamnyong

Ulee Lhee

Ulee Lhee

Ulee Lhee

Ulee Lhee


Puncak Geurute

Puncak Geurute

Lhoknga

Lhoknga

Setia Bakti. Calang

Puncak Geurute

Puncak Geurute


Puncak Geurute

Puncak geurute



Puncak Geurute

Setia Bakti. Calang
Setia Bakti. Calang

Setia Bakti. Calang

Setia Bakti. Calang

Jembatan Layang Pango

Jembatan Layang Pango

Mibo


Lamnyong

Jumat, 31 Oktober 2014

Pemuda Aceh Dulu dan Kini


SETIAP 28 Oktober kita memperingati sebagai hari Sumpah Pemuda, di mana kejadian sejarah tersebut menjadi titik awal bangkitnya para pemuda di tanah air. Sebagaimana telah dicatat dalam sejarah bahwa ada tiga isu pokok yang didengungkan oleh pemuda kala itu, yaitu isu kebangsaan, tanah air dan bahasa. Pemuda Indonesia aabersatu dan bahu-membahu dalam memperjuangkan ketiga slogan tersebut.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tidak hanya merumuskan aspirasi yang hidup di kalangan pemuda, tetapi sekaligus menciptakan arah perjuangan pemuda. Bahkan sampai saat ini Sumpah Pemuda tetap bermakna dalam kehidupan bangsa. Hal ini menjadi bukti bahwa perumusan Sumpah Pemuda bukan hanya diperuntukkan untuk kebutuhan seketika. Sumpah Pemuda adalah tekad abadi yang mengikat setiap insan Indonesia akan fitrahnya yang terikat dalam kesatuan bangsa yang utuh (Ahmaddani, 1985).

Tentang sejarah kepemudaan di Indonesia, secara umum sampai saat ini masih bisa diakses secara mudah oleh masyarakat Indonesia, khsususnya para pelajar dan mahasiswa, melalui pelajaran wajib yang tersaji dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan yang dipelajari oleh seluruh lembaga pendidikan di setiap level, mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi (PT).

Namun tentang sejarah kepemudaan di Aceh secara khusus, tampaknya belum pernah dipelajari secara memadai oleh pemuda-pemuda Aceh. Hal ini sangat wajar, mengingat, dalam kurikulum pendidikan kita tidak memuat pelajaran tentang sejarah Aceh secara khusus. Jika pun ada, mungkin hanya sebatas sejarah Kerajaan Pasai, Kerajaan Aceh, kisah Teuku Umar, Cut Nyak Dhien dan Cut Nyak Mutia. Padahal pengetahuan tentang sejarah Aceh secara utuh sangat penting diketahui oleh pemuda-pemuda kita, guna mengenal Aceh lebih dekat.

Kontribusi pemuda
Dalam tulisan singkat ini, penulis hanya menguraikan secara ringkas tentang semangat dan kontribusi yang telah diberikan oleh pemuda-pemuda Aceh di masa lalu, sebagai bahan renungan kita semua. Seperti dicatat oleh Ali Hasjmy (1985) bahwa atas usaha-usaha dari para pemuda Aceh, pada 1916 telah didirikan cabang Syarikat Islam di Aceh. Dengan keseriusan pemuda-pemuda Aceh kala itu, organisasi ini berkembang cepat di Aceh. Syarikat Islam adalah organisasi yang bersifat Nasional yang saat itu diketuai oleh HOS Cokroaminoto.

Di samping itu, pada 1935 atas prakarsa Ali Hasjmy dan sejumlah pemuda Aceh yang belajar di Sumatera Barat, antara lain Said Abu Bakar, Muhammad Ali Piyeung dan Abdul Jalil Amin, dalam sebuah pembicaraan terbatas juga bermaksud mendirikan sebuah organisasi pemuda di Aceh. Dari perbincangan tersebut akhirnya dilaksanakanlah sebuah pertemuan besar yang melibatkan sekitar 50 orang pemuda Aceh yang diadakan di Montasik, Aceh Besar.

Pertemuan tersebut akhirnya melahirkan sebuah kesepakatan untuk mendirikan Serikat Pemuda Islam Aceh (SPIA) yang diketuai oleh Said Abu Bakar (Hasjmy, 1995: 71). Pada 1939, setelah berdirinya Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) di Matangglumpangdua yang diketuai oleh Tgk Muhammad Daud Beureueh, untuk menampung aspirasi para pemuda juga dibentuk organisasi Pemuda PUSA yang diketuai oleh seorang pemuda pemberani bernama Tgk Amir Husen Al-Mujahid (Hasjmy, 1985).

Pemuda Aceh juga terlibat aktif dalam berbagai aksi pergerakan kemerdekaan, baik pada masa pendudukan Belanda, pendudukan Jepang dan masa Revolusi Kemerdekaan. Sebagaimana telah dicatat oleh para penulis sejarah, bahwa kekosongan waktu antara 9 Agustus 1945 sampai 12 September 1945 telah dimanfaatkan secara cerdik dan heroik oleh para pemuda Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Peluang emas sebagai rahmat Allah Swt tersebut benar-benar telah diaktualisasikan secara efektif oleh pemuda Indonesia dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta.

Berita proklamasi kemerdekaan RI secara resmi baru diketahui oleh para pemuda Aceh pada 20 Agustus 1945. Sebelumnya berita proklamasi ini hanya diketahui oleh beberapa tokoh muda Aceh, di antaranya Husen Yusuf dan Ali Hasjmy. Mendengar kabar kemerdekaan tersebut, pada 23 Agustus 1945, seorang tokoh muda Aceh, T Nyak Arif berkeliling kota seraya memamerkan bendera Merah Putih dengan melalui pemukiman dan kantor-kantor militer Jepang di Kutaradja.

Menyadari betapa beratnya tugas menjaga kemerdekaan, T Nyak Arif juga menghimpun para pemuda Aceh yang ada di Kutaradja, di antaranya Syamaun Gaharu, Teuku Hamid Azwar, Nyak Neh, Said Usman, Teuku Sarong, Said Ali, Usman Nyak Gade dan Bachtiar Idham. Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan musyawarah yang diadakan oleh para pemuda tersebut terbentuklah Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan pada saat bersamaan lahir pula Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang diketuai oleh Ali Hasjmy (Jakobi, 1992: 1-11).

Semangat untuk merdeka dan lepas dari penjajahan telah menjadikan para pemuda Aceh rela berjuang mati-matian mengusir kafir penjajah dari bumi Aceh. Bermodalkan rasa nasionalisme yang tinggi, pemuda Aceh tidak hanya berjuang di kampung sendiri, tetapi para pemuda Aceh juga berbondong-bondong melakukan jihad di Medan Area pada saat terjadi agresi militer Belanda.

Pemuda Aceh masa kini
Setelah menyimak sekilas riwayat pemuda Aceh tempoe doeloe, lantas bagaimana dengan para pemuda Aceh hari ini? Apa yang telah mereka sumbangkan untuk Aceh --tanah kelahiran yang telah diperjuangkan matian-matian oleh pemuda tempoe doeloe? Jika pemuda Aceh dulu dengan semangat membara mengusir penjajah, sebaliknya ada sebagian pemuda kita hari ini yang justru bermental “penjajah”. Jika pemuda Aceh dulu menjunjung tinggi syariat Islam, pemuda Aceh hari ini malah ada yang telah “menukar” agamanya dengan poker dan domino. Jika pemuda Aceh dulu terlibat aktif dan kreatif dalam membangun negeri, sebagian pemuda kita hari ini malah menjadi gembong narkoba dan merusak masa depan anak negeri dengan ganja dan sabu-sabu. Jika pemuda Aceh dulu menjadi pembimbing masyarakat, pemuda Aceh hari ini ada yang jadi “tukang teror” masyarakat. Tragis memang.

Aceh membutuhkan pemuda yang mampu berkarya demi tanah kelahirannya, bukan pemuda yang hanya “numpang hidup” dan “numpang mati”. Kita butuh pemuda yang mandiri dan berdikari, bukan pemuda yang “sok” kuliah di luar negeri, tapi merengek ingin jadi pegawai negeri. Kita butuh pemuda berjiwa reformis, bukan pemuda cengeng yang cuma bisa “mengemis”. Kita butuh pemuda yang punya jati diri, bukan pemuda yang menggadaikan idealisme demi sebungkus nasi.

Namun demikian, penulis optimis, bahwa pemuda-pemuda tangguh masih ada dan akan selalu muncul di Aceh, meskipun dalam jumlah yang “sekarat”. Mereka adalah para pemuda yang menggunakan segenap potensi dan intelegensinya demi membangun negeri. Meskipun di tengah “badai”, mereka tetap berkiprah sesuai bidangnya masing-masing.

Pemuda tangguh akan mengabdikan diri sesuai profesi yang digeluti. Seorang dokter akan melayani pasiennya tanpa pandang bulu, seorang guru akan mencerdaskan anak-anak negeri tanpa mengeluh, seorang polisi dan tentara akan memberikan rasa aman kepada rakyatnya, seorang politisi akan memperjuangkan aspirasi rakyat dan tidak menjadikan mereka sebagai komoditi. Demikian pula dengan seorang Gubernur atawa Bupati akan memastikan agar rakyatnya tetap bisa tersenyum dan tidak membiarkan mereka “mengikat perut”.  

Sudah saatnya pemuda Aceh bangkit dan berdedikasi untuk negeri. Di tangan pemudalah negeri ini dititipkan oleh para indatu. Negeri ini tidak akan bernilai jika pemuda-pemudanya “lalai”. Harapan untuk melakukan perubahan ada di pundak para pemuda. Kita tentu masih ingat bahwa bapak pendiri bangsa, Soekarno pernah berujar: “berilah aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, dan berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. Bangkitlah pemuda Aceh!” Wallahul Musta’an.

Minggu, 26 Oktober 2014

Tanpa Kabar darimu


Sekarang, aku harus membiarkan diri bernapas tanpa perhatianmu. Aku mengawali hari, sambil menatap ponselku yang sepi tanpa kabarmu. Aku mencoba menerima kenyataan ini, sebagai pemuda yang bukan siapa-siapamu, aku tak bisa menuntut banyak. Aku hanya bisa hanya bisa mencintaimu dari sini dan jika rindu, yang kulakukan hanya satu, membaca ulang pesan singkat kita.

Pagi tadi, aku melawan rasa sakitku, ingin melihatmu disekolah, entah ingin memanggil nama kesayangan yang kuberikan padamu atau sekedar mengingatkan jangan telat makan, atau mungkin berkata rindu. Abaikan itu semua, Sayang, kau tahu sejak awal aku adalah pemuda yang tahan banting disakiti berkali-kali jika sudah terlalu mencintai.

Aku terlalu menyakinkan diriku bahwa suatu saat nanti kaulah sosok yang akan  membahagiakanku, aku telah memimpikan banyak hal, kaukan membawa matahari untukku dan mengusir semua mendung yang menutupi hariku. Kaukan bawa aku ke langit yang paling cerah, membawaku terbang, melihat betapa padatnya kota ini masih ada bunga-bunga yang bisa membuat kita tersenyum. Kamu akan membawaku pulang ke hatimu dan kita membuat banyak daftar mimpi baru untuk kita wujudkan bersama.

Siang tadi, aku masih menatap ponsel berkali-kali, berharap itu kamu yang mungkin saja sama rindunya denganku. Sayang, kautahu aku ini pemuda yang senang merajuk tapi didalam hati ini ada rindu yang ingin meledak dalam amarah. Seperti janji-janji kita pada setiap pesan singkat, entah kapan Tuhan mau inginkan hal itu terjadi, kita pasti akan berpeluk secara nyata. Doa yang kusebutkan malam itu pasti menemukan jawabannya dan jawaban itu adalah kamu. Tapi, aku tak tahu kapan saat itu datang, aku tak tahu harus bersabar berapa lama lagi. Aku tak tahu harus menunggu sampai kapan lagi.

Jemari ini telah lelah menyentuh hatimu yang dingin. Kaki ini telah tak sanggup lagi melangkah karena enggan kau bawa lari jauh-jauh lagi, aku takut dipersimpangan jalan sana, kaukan meninggalkanku, mengejar tujuanmu sendiri tanpa menyertakanku dalam langkahku. Adakah kau tahu, Sayang, pemuda yang selalu menunggumu pulang ini tak secerewet ini jikasehari saja kau kabari dia, kausapa dia, kau beri sedikit cium meskipun cium itu masih berbentuk emoticon dan tulisan.

Aku sendiri kesepian, aku kehilangan senyumku, senyumku seakan-akan tergantung pada kehadiranmu. Kau jauh disana, entah sedang apa atau mungkin sedang sibuk, mungkin disana kau juga lupa ada yang diam-diam mendoakanmu, melipat tangannya, menitikan air matanya, saat berkali-kali namamu tak absen dalam doanya.

Sayang, tolong kembalikan senyumku. Eh, tapi aku sedikit senyum, deh. Aku tadi sedikit tersenyum karena senyum tukang es kamilo yang berdiri didepan rumahku. Ya, pokoknya singkat kata, kamu pulang ya. Cepet ! aku kangen kamu, kangen kita, kangen semua. Tolong jangan pergi lagi.

Rabu, 15 Oktober 2014

Selamat Jalan Ayah


Ke inginan awal merujuk orang tua dari Rumah Sakit Teuku Peukan Abdya, ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin agar segera dapat tindakan yang maksimal, namun ternyata setelah dua hari masih tetap berada di IGD, tak ada pelayanan yang luar biasa kecuali janji tindakan operasi yang entah kapan akan terwujud.

Suara gemuruh pasien di IGD Rumah Sakit, membuat tidurku tak nyenyak. Lantas ku langsung terbangun dan menatap sebuah mobil ambulance yang terparkir rapi didepan pintu masuk IGD. Ayah hanya tertidur lemah diatas ranjang yang apa adanya, dengan keadaan koma yang dari kemarin dialami ayah. Ayah hanya tertidur lurus dengan selang infus ditangan dan bantuan oksigen dihidung dan alat pendeteksi jantung. Dengan nafas yang terengah rengah, ayah berjuang melawan komanya.

Ayah tak mendengar apa yang ku bisikkan, tak mendengar apa yang ku katakan ditelinganya. Hanya helaan nafas ayah yang terdengar ditelingaku. Aku tak tau harus berbuat apa dengan kondisi ayah seperti ini. entahlah, aku hanya pasrah dan terus berdoa dan tawakal.

Hari itu, minggu 12 Oktober 2014, keadaan ayah semakin menurun seluruh keluarga mengeluarkan air mata, tapi tidak denganku. Aku hanya menatap ayah dengan fokus yang sedang diperiksa oleh tim dokter. Bibirku selalu ku basahi dengan doa-doa untuk ayah, hanya fokus pada ayah.

Fikiran ku melayang-layang tak menentu, hanya istighfar yang ku ucapkan pada saat itu. Tim dokter terus melihat kondisi ayah, terus memerhatikan laju cairan infus yang masuk  ke dalam tubuh ayah, dan aku terus memperhatikan monitor pendeteksi jantung, paru-paru, tekanan darah dan denyut nadi seraya berzikir.

Azan dhuhur berkumandang indah di seantero ruangan IGD yang padat pasien, aku langsung bergegas ke masjid untuk melaksanakan kewajiban. Dengan keresahan hati, aku langsung masuk ke mesjid. Ku lantunkan permohonan doa kepada Yang Mahan Kuasa. Aku berharap ada mukjizat hari ini.

Setelah melaksanakan sholat, aku langsung kembali ke ruang IGD tempat ayahku berada, masih juga ku lihat monitor pendeteksi itu, keresahan hatiku memuncak. Tak lama aku langsung mendekati telinga kanan ayahku, dan membisikkan dua kalimah syahat, dan takbir. Namun sayang, ayah tak mengikuti perkataanku, dan hanya mendengarkan saja.

Ruangan semakin dingin karena ruangan itu full AC (Air Conditioner) ku silangkan kedua tanganku ke badan agar terasa hangat. Ku raba kedua kaki ayah, yang terasa sedikit dingin. Langsung saja fikiran ku kembali melayang, dan memikirkan yang bukan-bukan. Pernah ku berfikir, “mungkin kaki ayah dingin, karena AC nya yang menyebabkan kaki ayah dingin’’.

Masih ku pandang sebuah monitor yang terpajang kokoh di dinding ruang IGD, aku tak mau beranjak dari monitor itu. aku tak memnikirkan kesehatan ku yang dari semalam belum makan, dan mata masih dalam keadaan mengantuk. Dengan keadaan begini, aku memaksakan diriku untuk bertahan sejenak demi ayah. Masih terdengar suara nafas ayah yang terengah-rengah dan yang sedang berjuang melawan komanya diatas ranjang sederhana.

Tak sanggup melihat ayah berjuang sendiri dalam melawan komanya, ayah hebat, ayah tak membutuhkan teman dalam melawan komanya, ayah tak meminta bantuan orang lain, dia berjuang sendiri dengan penuh semangat. Tak ada kata sakit, lelah, ataupun takut, dia hanya terdiam lemas dan tak bergeming.

Tim dokter datang untuk melihat kondisi ayah, yang semakin drop. Kini aku hanya bisa melihat ayah dari luar tirai ruangan IGD. Semua keluarga menunggu diluar dan menjatuhkan air mata, seraya melihat ayah sedang dipompa dadanya, memastikan bahwa ayah baik-baik saja atau sebaliknya.

Namun Allah berkata lain, lebih kurang pukul 13:30 WIB. Ayah dijemput oleh Tentara Allah dengan tenang. Suasana duka pun menyelimuti sebagian ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) tempat dimana ayah menghembuskan nafas terakhir. Sejenak aku merenungi kenangan bersama ayah, kenangan indah bersamanya dan hampir tak ada kenangan buruk semasa ayah masih hidup.

Aku sangat kehilangan sosok pemimpin yang belum kutemui kepemimpinan nya pada orang lain. Aku kehilangan panutan, teladan yang baik dari ayah. tak kan ada yang bisa menggantikan posisi ayah dihatiku, diotakku, dan diseluruh tubuhku. Kini ayah telah tiada aku hanya menggepal tangan meronta-ronta ingin kubunuh dokter dan perawat yang menangani ayahku tadi.

Aku tak tahu setan apa yang telah merasuki tubuhku hingga emosiku segitunya ingin membunuh. Astaghfirullah hal’azim salah seorang keluarga mengingatkan ku.  Ayah pergi dengan sangat tenang, tak ada tanda-tanda kesakitan pada saat beliau pergi. Wajah ayah bersinar sembari senyumannya, dengan paras seperti orang tidur saja.

Doa kupanjatkan hanya untukmu yah, semoga ayah tenang dialam sana, semoga ayah ditempatkan kedalam surga firdaus yah, ananda bangga punya orang tua seperti ayah. ananda akan selalu mendoakan ayah, semoga ayah dilapangkan kubur, diberi tempat yang paling nyaman disana. Dan semoga ayah bertemu Allah disana ya yah. Ananda akan selalu ingat sama ayah, kenangan bersama ayah dan semoga ayah ditempatkan bersama para ulama dan Rasulullah SAW. Amin.

Selamat jalan ayah, semoga ayah tenang dialam sana. Sampai jumpa di yaumil akhir yah, semoga kita bisa jumpa disana, masuk surga bersama-sama. Ananda tau ayah pasti sedang lihat ananda nulis ini untuk ayah, pasti ayah lihat dari surga, bersama mamak, abang dan nenek. Pasti ayah tersenyumkan yah, ananda bisa merasakan itu semua.

Minggu 12 oktober 2014. 13:30 WIB. IGD RSUDZA Banda Aceh.

Minggu, 05 Oktober 2014

Kau yang Selalu Ku Perjuangkan

Entah mengapa orang yang dekat denganku kini berubah jauh dari yang ku harapkan. Entah aku yang salah atau tidak, hal yang ku tak ingin terjadi kembali. Entah mengapa malam ini, dia berubah dari malam-malam kemarin aku tak tahu. Pada malam itu kesabaranku di uji kembali untuk yang ke sekian kalinya. Aku memakluminya dan mengerti dengan apa yang dia rasakan sekarang.

Malam ini hanya tinggal aku dan Engkau Tuhan, aku ingin sedikit bercerita tentang malam ini padaMu, Tuhan. Aku yakin Engkau mau mendengar ceritaku ini, aku tak tahu harus bagaimana pada malam itu, dirinya yang paling ku sayang tapi berbeda jauh dengan yang ku harapkan. Mungkin Engkau sering mendengar ku menulis untuknya, dengan frasa kata yang berulang-ulang. Tapi kekaguman ku padanya tak sirna dengan perubahan yang sedemikian rupa.

Tak masalah, bagiku perubahan adalah suatu bentuk kedewasaan seseorang dalam menyikapi berbagai hal dan masalah hidup. Mungkin Wanita Manis itu lagi beranjak dewasa, aku paham dan mengerti dengan keadaan ini. dengan penuh kesabaran aku tak menghiraukan malam ini, mungkin dia hanya ingin sendiri dan tak mau diganggu, ya aku merasakan itu.

Tuhan, masih seperti doa kemarin, aku tak mau dia jauh dari ku Tuhan, aku ingin selalu didekatnya. Aku ingin selalu memeluknya, menyanyanginya, mancintainya, memanjakannya, tanpa melupakan sayangku pdaMu, Tuhan. Aku ingin seperti dulu Tuhan, walaupun dia tak begitu padaku Tuhan, aku ikhlas, aku rela menangis deminya Tuhan, demi seorang Wanita Manis, yang diam-diam ku mencintainya.

Sekarang aku serba salah Tuhan, hanya Engkau yang bisa mendengar doaku ini Tuhan. Aku tak ingin berandai-andai Tuhan, kisah ini sudah lama kuperjuangkan dan tak mudah untuk ku lupakan. Mungkin dia mudah melupakan, karena bukan dia yang berjuang, melainkan seorang pemuda yang kini usianya beranjak 17 tahun.

Mungkin karena kebiasaan ku yang membuat dia begini, susah meninggalkan kebiasaan itu kebiasaan yang telah lama mendiami jiwaku, dan sangat susah mengusirnya dari jiwaku. Tapi demi dia aku akan berusaha meninggalkan kebiasaan itu, agar tak ada cerita seperti malam ini kembali.

Sekarang terserah padaMu, Tuhan. Engkau yang berhak menentukan, dan kami hanya bisa merencanakan. Aku hanya pasrah dengan drama ini, aku hanya bisa sabar dan tawakal, mungkin ini karmaku, atau mungkin ini takdirku, entahlah. Kalimat ini selalu ku lantunkan sangat bersamaMu, Tuhan. Aku tak ingin jauh darinya, aku ingin selalu bersamanya.

Aku tak memperhatikan kesehatanku demi untuk dia, dari semalam sampai pagi ini aku hanya merasakan sakit yang luar biasa dikepala, rasa sedih pada malam itupun makin membuat kepala ku sangat pusing. Aku tak memberitahukan tentang keadaan ku sekarang padanya Tuhan, aku tak mau dia mengkhawatirkan aku. Biarlah aku saja yang merasakan sakit seperti ini, sudah biasa dan sudah sangat terbiasa. Dengan keadaan sakit, mataku tak mau terpejam hanya menatap langit-langit kamarku yang gelap tanpa cahaya sinar sedikitpun. Pikiran melayang-layang bak kupu-kupu yang beterbangan kesana-kemari.

Mungkin ini permintaan ku yang kesekian kalinya padamu, Wanita Manis ku. Jangan pernah jauh dariku, tetap disini menjadi penyemangat bagiku, tetap menjadi madu dihatiku, tetap menjadi bidadari dalam hidupku, dan tetap menjadi kebanggan bagiku.


Sekali lagi aku ingin mengatakan “Minal Aidhin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin My Intan Payong ”. Bang Jijie