bolak balik

SEMUA ORANG PASTI MENDAPAT COBAAN, JALANI DENGAN BERSYUKUR

Sabtu, 30 Agustus 2014

Gadis Manis

Gadis manis itu datang dari desa kecil di kaki gunung.
Ia tumbuh jauh dari keramaian kota.
Dari bisingnya kendaraan penyebar polusi.
Dari ricuhnya jalanan kota.

Sekarang dia seperti gadis berkerudung merah di hutan yang asing.
Walau takut, gadis itu tetap berjalan menyusuri jalanan ramai.
Para lelaki bersuit – suit nakal menggodanya.
Para wanita melirik tajam padanya, iri melihat kepolosan hatinya.
Raut wajah Gadis Manis menyiratkan ketakutan, dan seakan berkata,
“Aku ingin pulang ke rumah!”
Tapi Gadis Manis itu tahu, tahu kalau tak ada jalan pulang ke rumah mungil di kaki gunung.
Gadis Manis merasa sendiri.

Sendiri di tengah hingar – bingar kota.
Sepi dalam gemerlap lampu – lampu yang seakan tak pernah mati.
Kakinya tak lagi mampu berjalan tanpa tujuan.
Tubuhnya letih tak karuan.
Lidahnya terlalu kelu untuk bertanya.

Ia merasa tersesat.
Air mata menitik lembut meninggalkan jejak dipipinya.
Ia menggigit bibirnya, keras, agar tak menangis meraung di tengah kerumunan tubuh – tubuh tak berjiwa itu.
Ia tak ingin wajah – wajah bertopeng serupa itu memandangnya dengan tatapan yang serupa pula.
Tatapan kasihan.
Bibirnya mulai berdarah dan perih menggigit kesadarannya.

Terseok – seok,
Si Gadis Manis mulai berjalan lagi,
Mencari atap untuk bernaung,
Sejenak hilang dari realita.
Sedetik pun tak apa,
Ia hanya butuh satu tarikan nafas sebelum kembali menghembuskan segala rasa takutnya pergi.

Keberanian.
Hanya itu yang dia butuhkan.
Sepatah kata mengisi doanya.
Satu kata sebelum mengamininya,
Menutupnya dengan senyum lemah.
Ia kembali lagi berjalan, Sampai menemukan yang takdir berikan untuknya.
Mencari diantara ribuan benang merah yang kusut bagai sarang laba – laba.


red1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar