RASULULLAH
adalah manusia yang unggul dari segala sektor, keagamaan, sosial dan
perpolitikan. Michael H. Hart seorang ahli astronomi dan sejarah
terkenal di Amerika Serikat mengakui dalam bukunya “The 100” bahwa Nabi
Muhammad menempati urutan teratas dari 100 daftar nama orang yang paling
berpengaruh di dunia. Lebih lanjut ia mengatakan, Nabi Muhammad seorang
yang paling berpengaruh di antara semua penduduk dunia, karena beliau
satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa baik dalam kegiatan
keagamaan maupun pemerintahan.
Rasulullah saw juga termasuk
seorang yang sangat dermawan, sebagaimana terungkap dalam hadis: “Umar
bin Khatab berkata, suatu hari seorang laki-laki datang menemui
Rasulullah untuk meminta-minta, Rasul memberinya. Besok dia kembali lagi
untuk meminta-minta, Rasul juga memberinya. Besoknya meminta lagi,
Rasul tetap memberinya. Besoknya juga meminta lagi, Rasul bersabda: Saya
tidak mempunyai apa-apa saat ini, tapi ambillah apa yang kamu mau dan
jadikan sebagai utang saya, kelak saya akan membayarnya.” (HR.
Tarmidzi).
Dalam lanjutan hadis tersebut Umar ra mengingatkan
Rasulullah saw: “Umar berkata: Wahai Rasul, jangan berikan sesuatu yang
berada di luar batas kemampuanmu. Beliau tersenyum dan bersabda: karena
itulah saya diperintah oleh Allah.” Demikian sikap kedermawanan
Rasulullah sampa-sampai hemat penulis tidak ada catatan yang menyebutkan
beliau berzakat sepanjang hayat. Bukan karena beliau miskin tak
berharta, namun tidak pernah beliau menumpuk harta sampai mencapai nisab
zakat. Jika di sisi beliau ada secuil harta, langsung mendermakannya.
Ummu
Salamah mengisahkan, suatu hari Nabi masuk ke rumahku dalam keadaan
muka pucat, saya khawatir mungkin beliau lagi sakit. Lalu bertanya, Ya
Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begitu, apakah anda sakit? Jawab
beliau: Saya tidak sakit, tetapi saya ingat uang tujuh dinar yang kita
dapatkan kemarin. Sore ini uang itu masih ada di bawah kasur dan belum
diinfakkan. Satu hal membuat Rasulullah takut dengan harta, ketika ajal
menjemput, namun masih ada harta yang ditinggalkan.
Kedermawanan Rasulullah
Kedermawanan
beliau lebih meningkat tajam ketika Ramadhan, seperti diceritakan Ibnu
Abbas. Digambarkan dalam riwayat Imam Bukhari, di bulan Ramadhan
kedermawanan Rasul laksana angin yang berhembus, tidak pernah berhenti
dan senantiasa memberikan kedamaian, kenyamanan dan kenikmatan bagi yang
menerimanya. Paling tidak Ada enam rahasia kedermawanan beliau di bulan
Ramadhan:
Pertama, syaraf az-zaman (waktu mulia), Allah melipat
gandakan pahala ibadah sebab kemulian waktu, yakni bulan Ramadhan. Di
antara dua belas bulan, hanya Ramadhan yang sangat jelas penjelasannya
dalam Alquran, bahkan Allah menurunkan Alquran di bulan Ramadhan. Ini
semua karena amal baik apapun akan digandakan, baik zakat, infak,
sedekah dan sebagainya jika dilakukan di bulan Ramadhan. “Rasulullah saw
pernah ditanya, sedekah apa yang paling utama, Rasul menjawab, Sedekah
di bulan Ramadhan,” (HR. Turmidzi).
Kedua, membantu orang berpuasa
adalah jembatan mendekatkan diri pada Allah. Bersabda Nabi saw: “Siapa
yang memberikan makanan berbuka bagi orang berpuasa, maka fahalanya sama
dengan orang puasa itu, tanpa berkurang sedikit pun.” (HR. Ahmad). Di
sisi Allah orang berpuasa sangat mulia, bau mulutnya semerbak laksana
kesturi, tidurnya berbobot ibadah, doanya mustajab. Maka sangat wajar
jika mendermakan kepada mereka sebatas apa yang kita miliki, sehingga
ketaatan dan ibadah mereka makin meningkat, ketika hal itu dilakukan,
maka kita akan mendapatkan imbas dari amal mereka.
Ketiga,
Ramadhan adalah bulan dimana Allah sangat dermawan pada hamba-Nya. Momen
Ramadhan Allah jadi panggung rahmat, maghfirah (ampunan) dan terbebas
dari api neraka, terlebih malam sejuta penantian, yakni Lailtur Qadar.
Jika hamba bersikap dermawan, Allah pun akan lebih dermawan lagi pada
hamba, dengan harta yang dikeluarkan akan diganti berlipat ganda, tenaga
dan pikiran yang terkuras diganti dengan lebih baik, rezeki bertambah,
memperoleh keturunan dan sejahtera dalam rumah tangga. Berkata Rasul:
“Allah akan lebih kasih sayang pada hamba-Nya yang juga penyayang pada
sesama.” (HR. Bukhari).
Keempat, penyatuan amalan puasa dan
sedekah dalam waktu bersamaan merupakan perantara penting meraih syurga.
“Bersabda Nabi, surga itu ada beberapa kamar, di mana bagian dalamnya
nampak dari luar dan luarnya nampak dari dalam. Sahabat bertanya: untuk
siapa kamar tersebut ya Rasul? Rasul menjawab: bagi mereka yang selalu
bertutur kata dengan baik, memberi makan fakir miskin, melanggengkan
puasa dan shalat malam ketika orang tidur.” (HR. Ahmad). Allah Swt telah
memberi kesempatan emas bagi hamba untuk mendapat tiket kamar tersebut,
yakni amalan Ramadhan.
Kelima, puasa dan sedekah dapat
menjauhkan pelakunya dari neraka. Sebuah hadist menyebutkan, puasa
merupakan temeng dari api neraka, demikian juga dengan sedekah, adalah
penolak dari panasnya api neraka. Abu Darda’ pernah berkata, shalatlah
dua rakaat di malam gelap gulita, untuk menangkal panasnya di padang
mahsyar, dan bersedekahlah dengan apa saja, untuk menahan jerih payah
kelak di hari pembalasan.
Keenam, selama beribadah puasa,
kekurangan, kehilafan, marah dan sebagainya tidak dapat dipungkiri.
Kekuatan sedekah dapat menempel bolong-bolong dari kekurangan tersebut.
Karenanya, membayar zakat fitrah sebelum 1 Syawal (akhir Ramadhan)
adalah perintah penting dalam Islam, dengan tujuan menutupi kekurangan
dalam berpuasa. Nabi telah mencontohkan amalan baiknya di bulan
Ramadhan. Oleh karena itu jangan lepas genggaman Ramadhan sebelum kita
dapat melakukan amalan yang dicontohkan Nabi, jangan pernah takut dengan
bersedekah harta akan berkurang, karena janji Allah dan RasulNya itu
benar.
Gaza bergejolak
Hari ini, media cetak
dan online dihiasi dengan kondisi Gaza yang terus bergejolak, menampar
jutaan tokoh di dunia yang masih saja sibuk berebut mahkota tahta, harta
dan wanita. Tiga lokasi ‘permata dunia’ tak dipedulikan oleh kaum
pecinta materi, terbiasa mengumbar obrolan tentang kemewahan kendaraan,
berbelanja benda dengan merk ternama, atau berwisata tanpa tujuan
taqarrub Ilallah. Gaza, Syria, dan Mesir. Tiga lokasi yang
pemberitaannya dipecah-pecah dengan bumbu fitnah sana-sini supaya ummat
tetap terkota-kotak dan lupa pada identitas diri sebagai satu keluarga.
Seiring
dengan ragam rasa geram, gelisah dan merinding bagi jiwa raga kita atas
segala berita dari bumi para syuhada, Palestina. Muslim Palestina
sedang di dibantai, ratusan nyawa sudah melayang, berpuluh bangunan
roboh akibat kekejaman tentara zionis Israel. Di Indonesia kita masih
dapat sedikt tersenyum, mau kemana saja tak ada problem, asupan makanan
pun terpenuhi, dan tempat berteduh berdiri kokoh megah bak istana. Tapi
bagaimana dengan saudara kita di Palestina?
Ramadhan yang sejati
menjadi peluang emas disela-sela usia mereka untuk berta’bud ke pada
Allah, tapi malah ancaman hidup yang mereka rasakan. Rumah mereka hancur
lebur diserang keganasan Yahudi, mereka haus dan dahaga, mereka butuh
simpatisan dari umat Islam dunia untuk mempertahankan Masjidil Al-Aqsha
sebagai simbol kesucian umat Islam.
Berbagai elemen masyarakat di
dunia khususnya di Aceh kini sedang giat mengumpul dana bantuan untuk
Palestina. Mumpung Ramadhan belum berlalu, mari kita sisihkan sedikit
harta yang kita miliki, untuk membantu meringankan beban saudara-saudara
kita muslim Palestina yang saat ini menangis darah. Semoga!
sumber : aceh.tribunnews.com/2014/07/18/ramadhan-momentum-membantu-palestina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar