bolak balik

SEMUA ORANG PASTI MENDAPAT COBAAN, JALANI DENGAN BERSYUKUR

Selasa, 22 Juli 2014

Puasa dan Solidaritas untuk Palestina



SATU pelajaran yang ditekankan dalam bulan Ramadhan adalah kepedulian sosial. Dengan berpuasa di bulan Ramadhan, kita merasakan rasa lapar dan haus yang memberi pesan agar kita bisa merasakan denyut penderitaan yang sedang dihadapi saudara-saudara kita di berbagai pelosok dunia. Ada saudara kita yang sedang menderita di bawah garis kemiskinan, dimana untuk makan sehari-hari saja mereka sulit mendapatkannya. Bahkan, tidak sedikit umat Islam yang kekurangan bahan makanan, hancurnya infrastruktur negara mereka, hancurnya sekolah dan masjid oleh sebab penjajahan yang mereka alami seperti Myanmar, Somalia, Afghanistan, Suriah, dan yang paling aktual adalah Palestina.

Mereka yang menderita itu umumnya adalah saudara yang seiman
dan seislam dengan kita. Islam mengajarkan kita bahwa persaudaraan Islam tidak mengenal batas teritorial dan zaman. Oleh sebab itu, Ibadah puasa yang kita kerjakan sudah seharusnya mengajarkan kita tentang solidaritas dan kepedulian, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kita, bahwa: “Islam itu seperti tubuh yang satu. Jika satu bagian tubuh disakiti, maka bagian tubuh lainnya (harusnya) turut merasakan sakit.” Dan rasa sakit itu kemudian menggugah kesadaran kita untuk ikut membantu meringankan derita mereka dengan kerja-kerja maksimal kita.

Dalam suatu khutbah menyambut datangnya Ramadhan, Rasulullah saw berpesan kepada para sahabatnya: “Wahai manusia, suatu bulan yang penuh rahmat, maghfirah, dan ampunan telah mendekat. Allah menganggapnya sebagai bulan yang terbaik dari seluruh bulan. Siang yang terbaik di sisi Allah, waktu-waktunya terbaik, malam terbaik. Pada bulan itu Allah mengundang kalian sebagai tamu-tamuNya. Dan selama bulan itu, kalian layak
menikmati karunia Allah. Biarkanlah lapar dan dahaga selama bulan ini karenan mengingatkan lapar dan dahaga kalian pada hari Kiamat. Santunilah anak-anak yatim agar anak-anak yatim kalian memperoleh santunan yang sama.”

Serangan Israel atas saudara-saudara kita umat Islam di Jalur Gaza, Palestina, seperti diberitakan oleh berbagai media massa, telah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa, dari anak-anak kecil, perempuan-perempuan, hingga orang tua. Masjid-masjid hancur. Rumah sekolah dibombardir dengan peluru kendali (rudal). Sungguh situasi yang sangat mengenaskan dan mengerikan, suatu kondisi yang seharusnya mampu mengetuk hati kita untuk berpartisipasi lebih keras dalam mengurangi penderitaan mereka dengan cara apapun yang kita bisa.

 Menunjukkan solidaritas
Dalam rangka menunjukkan solidaritas kepada Palestina, sebagai umat Islam sesungguhnya kita bisa melakukan banyak hal: Pertama, doa, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Doa itu adalah senjata kaum mukmin.” Allah Swt sendiri dalam berbagai ayat dalam Alquran telah menjelaskan pentingnya doa, karena dengan

doalah pertolongan Allah akan datang. Apalagi di bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah yang memudahkan doa-doa kita dikabulkan. Kita di Aceh, seharusnya mendoakan Palestina di setiap meunasah-meunasah, masjid-masjid, dayah-dayah dan seluruh tempat yang disana ada umat Islam, khususnya Qunut Nazilah.

Jangan pernah sekalipun kita remehkan kekuatan doa. Kita doakan agar Allah memberi kekuatan kepada umat Islam di Palestina, dan kita doakan pula agar Allah menghancurkan
militer Yahudi penjajah. Hari ini, sudahkah kita mendoakan Palestina? Sudahkan kita mengajak mesjid-mesjid di sekitar kita untuk mendoakan Palestina secara berjama’ah? Kalau belum, yakinlah, kepekaan sosial kita belum muncul. Hati kita masih keras. Tidak ada rasa cinta di hati kita. Kalau sudah, alhamdulillah. Sesunguhnya doa itu akan menjadi amal shalih bagi kita. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, “siapa yang mendoakan saudaranya, maka ia akan didoakan oleh para Malaikat”. Tidak mau kah kita didoakan para Malaikat yang tidak pernah berdosa?


Kedua, dakwah. Kita perlu berdakwah (baca: menyeru) umat Islam agar peduli Palestina. Hari ini banyak umat Islam di tengah-tengah kita yang tidak sadar bahwa umat Islam di Palestina dan di negara-negara Islam lainnya sedang menderita. Baik disebabkan karena mereka tidak tahu khabar dari Palestina, mendapatkan berita yang salah, atau memang mereka memang tidak mencintai Palestina oleh sebab “racun-racun” pemikiran liberalisme-sekulerisme yang telah meracuni mereka. Ini merupakan tugas kita untuk mendakwahi mereka, bahwa persoalan Palestina adalah adalah persoalan kita umat Islam seluruhnya. Apalagi, Mesjid Al-Aqsha yang merupakan arah kiblat pertama kita umat Islam juga terletak di Palestina.

Ketiga, dana. Sesungguhnya, saat kita berzakat dan berinfak, semua itu akan kembali kepada kita sendiri. Kita punya uang Rp 1 juta, kita infakkan untuk Palestina Rp 100 ribu, dan sisanya kita gunakan untuk pribadi kita, maka yang menjadi tabungan kita di akhirat adalah yang Rp 100 ribu tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Apabila matilah seorang manusia, maka terputuslan segala amalnya. Kecuali tiga, anak yang shalih, ilmu
yang bermanfaat dan sedekah jariyah.”

Allah Swt juga berfirman: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).
Kita membayangkan, seandainya kita di Aceh semuanya ikut menyumbang, sungguh kita akan mampu mengumpulkan bantuan yang besar untuk Palestina. Namun realitasnya, lihat saja sendiri. Saat ada adik-adik mahasiswa kita di jalan-jalan membawa kardus Save Palestina, begitu banyak mobil-mobil mewah yang melalu begitu saja dan enggan mengeluarkan sepeser pun infak mereka. Sangat kecil persentase umat Islam yang mau menyumbang. Mungkin inilah sebab umat Islam hari ini dimana-mana tertinggal, karena kita tidak memberi untuk agama kita sebagaimana orang lain memberi untuk agama mereka.

 Aceh untuk Palestina
Kendati demikian, kita bersyukur bahwa sebagian masyarakat kita di Aceh telah memberi sumbangan untuk Palestina. Seperti diberitakan Serambi, ada warga Aceh yang menyumbang dana jutaan rupiah, ada yang menyumbang emas, cincin dan sebagainya. Kita yakin, sedekah mereka itu adalah manifestasi dari cahaya iman mereka yang kuat. Kalau sumbangan kita banyak, maka akan besar pula bekal untuk akhirat. Di bulan puasa ini, seharusnya kita bisa memberi banyak untuk mereka yang sedang menderita. Kita juga berharap agar zakat fitrah kita nanti bisa disalurkan untuk umat Islam di Palestina.




Kita tidak bisa mencegah aksi Israel merusak bumi Palestina, membunuh anak-anak, perempuan dan orang tua, menghancurkan mesjid dan sekolah. Akan tetapi kita bisa turut berinfak agar Palestina bisa dibangun kembali, agar warga Palestina yang terluka bisa diobati. Karena itulah, selain sumbangan individu masyarakat sebagimana kita singgung di atas, kita patut pula memberikan apresiasi kepada Pemerintah Aceh yang saat ini turut menggalakkan pengumpulan dana (infak) untuk Palestina.
Dan, keempat, demo. Dengan demo, kita tunjukkan kepada dunia umumnya dan kepada rakyat Palestina yang sedang terjajah khususnya, bahwa kita berada di belakang perjuangan mereka. Bahwa kita mendukung perjuangan mereka. Dengan demo, insya Allah orang-orang yang masih tertidur akan terbangun dan sadar, bahwa kita harus bersatu dalam kepeduliaan dan perjuangan.

Selain tiga perkara di atas, cara lainnya yaitu diplomsi. Kita berharap, pemerintah kita bukan hanya mengecam Israel atas pembantaiannya terhadap warga Palestina, melainkan juga bekerja keras menghentikan pembantaian tidak adil itu lewat jalur diplomasi negara. Indonesia adalah negara yang besar, seharusnya melakukan diplomasi yang kuat agar seluruh dunia dan seluruh elemen kekuatan umat Islam bangkit melawan penjajahan Israel dengan cara-cara yang memungkinkan.

Demikianlah, ibadah puasa Ramadhan mengajarkan kita tentang kepekaan sosial dan solidaritas kepada Palestina. Percayalah bahwa apa pun yang kita berikan untuk mereka, saudara-saudara kita itu, sesungguhnya adalah bekal untuk kita sendiri di yaumil akhir kelak. Wallahu a’lam bishshawab.

sumber :  aceh.tribunnews.com/2014/07/19/puasa-dan-solidaritas-untuk-palestina




Tidak ada komentar:

Posting Komentar