![]() |
sumber: www.google.com |
Pada
tulisan kali ini aku tak tahu harus bagaimana menulis serangkaian kata untuk
menjadi sebuah kalimat baku yang sering kupelajari selama ini, bahkan kata
pengantar saja aku tak tahu. Kata-kata kiasan tak bisa kutuangkan dalam kertas
tanpa noda ini, memegang pena pun terasa gemetar untuk menyentuhnya. Entah apa gerangan,
akupun tak tahu harus memulai dari mana tulisan ini.
Paras
wajahnya yang ayu, manis, ceria mungkin itulah yang tergambarkan dari seluruh
sudut pandangku selama ini. Bola matamu yang sayu seakan membuatku tersenyum
kala memandangmu walaupun dari kejauhan. Benar kata pepatah, diluar sana masih
banyak yang lebih indah dari yang kau bayangkan, dan salah satu keindahan itu kau
mendapatinya bermurah senyum padamu seakan ia ingin mengajakmu ketaman bunga
dan berbincang bersamanya.
Bukan
maksud memadu kasih dengan hayalan ataupun mimpi, tidak juga bermaksud
meninggikan seorang makhluk. Aku tau hakikat dari seorang makhluk. Yang tinggi
itu adalah Tuhan, dan aku tak mau mengalahkan Tuhan hanya untuk mengagumimu
semata. Namun sebaliknya aku mengagumimu karena Tuhan, itu saja.
Ada
pepatah mengatakan bermimpilah setinggi bintang dilangit kelak jika kau jatuh,
maka kau jatuh diantara mimpi-mimpimu itu. Sayangnya aku tak mempunyai mimpi
setinggi itu, aku takut jika jatuh tak bisa kembali ceria seceria saat aku
memandangmu dan seceria saat aku menulis tentangmu.
Belum
habis banyanganmu padaku, sosok itu kembali tergambar saat kupejamkan mata.
Sekali dua kali tiga kali, aku terbangun dari tidurku. Kerongkonganku kering,
dada ini terasa sesak tak ada air untuk menghilangkan rasa haus dan
menyembuhkan rasa sesak didada. Padahal dulu aku ingat sebuah doa sebelum
tidur, ayahku pernah mengajariku doa sebelum tidur. Tapi malam itu entah
mengapa aku ingin wanita itu yang mengucapkan doa itu dan aku mengikutinya.
Rasa
malu-malu yang melekat padanya membuatku makin penasaran dengan wanita manis
ini. Pertama bertemu aku hanya melihatnya dengan sekilas sembari bersenda gurau
dengan teman seperjuangan, tertawa itulah tugas kami ketika kemarin kedatangan
mereka. Tak ada pikiran untuk menertawai mereka para calon pemimpin bangsa,
hanya saja bersenda mengisi waktu senggang, sebab masih dalam keadaan libur.
Mungkin
inilah kata pengantar pada tulisan kali ini. Sedikit panjang dan terlalu
ambisius, tapi itulah kenyataannya. Hanya melalui pesan singkat blackberry messenger aku memantapkan
jemari ini untuk mengetik obrolan singkat untuknya. Saling menayakan kabar,
mengingatkan makan serta ibadah itu sudah biasa kita lakukan. Hanya pesan
singkat biasa, tak ada yang berbau kemesraan dalam pesan singkat kami. Ingat
hanya pesan singkat biasa.!
Wanita
hebat, kuat, dan berani mengendarai motor dari rumahnya yang lumayan jauh untuk
menggali ilmu dibangku perkuliahan, bukan untuk ketemu aku ya hahaha. Agak
sedikit lebay kalau kata anak jaman sekarang. Tapi itulah sedikit sajak dari seorang
penulis amatiran, yang tulisannya kadang kala dimuat dimedia cetak, dan kadang
juga tidak dimuat.
Belum
habis kuperbincangkan wanita manis itu, yang selalu kusebut-sebut namanya saat
setelah melaksanakan kewajiban kepada-Mu. Kata demi kata kurangkai menjadi
sebuah doa indah dalam terjemahan bahasa indonesia. Namanya selalu kubawa
disetiap doaku, kuperbincangkan namanya, wajahnya, senyumnya, bahkan semua yang
ada padanya. Namanya yang panjang selalu lengkap kusebutkan dengan ejaan yang
fasih agar doaku tak meleset walaupun semeter. Aku belum bisa menerjemahkan
doaku kedalam bahasa arab seperti yang lain, yang aku tau Tuhan Maha Memahami
segala jenis bahasa, mungkin dalam kalimat bahasa indonesia yang indah ini
doaku terkabul, pinta ku dalam hati.
Semangat
yang terpancar dari wajahnya selalu kuabadikan dalam tulisanku, aku tak tahu
apakah dia akan membacanya atau tidak. Mungkin ini hanya gambaran kecil dari
kesederhanaan wanita manis yang ku kagumi itu. Mungkin mengagumimu melalui
lisan aku tak bisa, aku bukan seperti orang-orang yang lincah dalam merayu.
Mungkin banyak diluar sana yang mengatakan tentangmu padaku, namun aku percaya
bahwa kamu adalah wanita manisku yang disimpan Tuhan untuk ku selama ini.
Tapi
yakinlah, kamu abadi dalam tulisan ini, jikalau nanti aku tak mengangumimu
lagi, kamu atau aku bisa membaca tulisan ini mungkin dengan itu aku akan
merindukan disaat menulis dan berjumpa denganmu ketika pertama bertatap muka.
Yakinlah namamu selalu kubawa dalam doaku, wajahmu pasti selalu kuingat seiring
nafasku berhembus jika wajahmu tak lagi kuingat maka nafasku sudah tidak
berhembus lagi.
Mataku
selalu memberikan pesan bahwa kamu itu indah, kamu itu manis, sederhana, murah
senyum dan baik. Mungkin itu semua terlalu berlebihan kedengarannya, tapi aku
terus mengagumimu dalam tulisan ini, sampai kapanpun kamu tak akan pernah pergi
dalam tulisan ini, sekalipun aku telah tiada. Tinta ini masih akan terus ada
untukmu mengabarkan kabar pesan singkat kita, senyum kamu, dan bahagianya aku
mengenal kamu.
Melalui
aksara tua ini ku lukiskan namamu agar selalu didalam doaku dan melalui sejak tak
bersuara ini pula harapanku kau akan selalu kukagumi. Mengabadikanmu disetiap
tulisanku adalah caraku memelukmu dari kejauhan, menepis kerinduanku kala
terbayang wajahmu, dan mengingatkanku akan senyummu yang menawan membiaskan
segala keraguan untuk terus mendoakanmu lahir dan bathinku. Wanita manisku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar