 |
Ilustrasi usaha agar mencapai kesuksesan |
Perkenalkan
nama saya Fakhrurrazi latar belakang hanya seorang mahasiswa yang ingin belajar
banyak tentang apa yang belum saya ketahui. Beranjak dari kampung halaman dengan
penuh semangat dengan tekat ingin meraih kesuksesan dan ingin membagiakan orang
tua saya mulai belajar ditempat yang baru, teman yang baru, pokoknya serba
barulah. Sewaktu SMA saya sering terlibat dalam oraganisasi yang ada disekolah
maupun diluar sekolah, organisasi sosial. Dan ilmu-ilmu keorganisasian yang
saya dapat itu saya terapkan dikota perantauan saya ini, yah walaupun ilmunya
tidak setinggi senior-senior disini, tapi dengan mudah saya bisa berteman dan
bersosialisasi dengan orang-orang disini yang beda daerah kelahiran, ras, dan
budayanya. Walaupun perantauan, saya tidak takut akan hal-hal yang bersifat
negatif atau ada orang yang jahat, karena saya selalu yakin ada Allah dimana
pun saya berada seperti kata pepatah “dimana
langit dijunjung disitulah bumi dipijak”.
Sejak
SMA saya sering menghayalkan jadi mahasiswa itu enak. Kuliah cuma beberapa jam,
lalu ketika libur sangat panjang. Nah, ketika sudah memegang gelar mahasiswa,
saya pikir apa yang saya hayalkan ketika SMA dulu tidak 100% tepat, karena
mahasiswa itu harus kritis, harus update tentang info terbaru dikampus, bisa
itu berupa pengumuman dari dosen, atau event-event yang diadakan dikampus.
Mahasiswa merupakan agent perubahan bagi dirinya dan orang lain (agent of change). Memegang gelar
mahasiswa sangatlah berat, karena maju dan berkembangnya suatu negara itu
tergantung pada pemuda itu sendiri.
Rasa
syukur yang tak terhingga kepada Yang Maha Kuasa, karena lulus di prodi Ilmu
Komunikasi. Kenapa ilmu komunikasi yang saya pilih? Jawabannya simpel, saya
ingin jadi wartawan dan penulis, simple bukan?. Hal itu ternyata mendapat
dorongan positif dari keluarga, maka oleh sebab itu saya terus semangat meluruskan niat memberikan hasil terbaik
untuk keluarga dan orang-orang yang saya sayangi.
Menjadi
mahasiswa belum cukup bagi saya untuk belajar lebih dalam tentang ilmu
komunikasi, atau lebih dalamnya ilmu yang menyangkut kejurnalistikan. Mahasiswa
tidak hanya menunggu dari dosen saja, tapi harus kita sendiri yang mencarinya
diluar. Bukan seperti SMA, murid hanya menunggu ilmu dari guru berbeda dengan
mahasiswa, dosen cuma menyampaikan judul besarnya saja dan selanjutnya
pembahasannya kita sendiri yang mencarinya. Itulah bedanya siswa dan mahasiwa.
Menerima
ilmu dari dosen diperkuliahan belum cukup bagi saya, lalu saya cari informasi
tentang organisasi-organisasi dikampus. Kebetulan pada saat itu banyak
organisasi kampus yang membuka pendaftaran anggota baru. Mereka mendirikan
stand pendaftaran disepanjang halte kampus dengan memasang spanduk sebagai daya
tarik mahasiswa baru untuk bergabung bersama mereka. Sempat tersirat didalam
hati ingin gabung dengan organisasi dikampus, namun masih bingung organisasi
mana yang harus dipilih yang sesuai dengan basic dan keterampilan saya. “saya tau jika sukses itu tidak cuma
diperkualiahan saja, melainkan harus bergabung dengan ukm dikampus, saya tidak
mau dikatakan mahasiswa kupu – kupu (mahasiswa kuliah pulang kuliah pulang)
gumamku dalam hati. Sebagai seorang yang hobi menulis dan hobi fotografer, maka
saya mantapkan pilihan untuk bergabung bersama Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika
UIN SU ( LPM Dinamika UIN SU ). Salah
satu lembaga pers kampus yang memberitakan seluruh kegiatan atau peristiwa yang
ada dikampus.
Kebiasaan
semester pertama masuk kampus hanya setengah hari, membuatku berfikir untuk
mencari tambahan ilmu dan teman guna menunjang basic dan hobi dari sejak SMA
dulu. Nah, saya rasa Lpm Dinamika cocok dengan basic saya sebagai seorang
mahasiswa ilmu komunikasi sekalian tempat praktek menuangkan ilmu yang telah saya
pelajari dikelas. Maka saya mantapkan hati dan fikiran untuk satu tujuan ingin
bergabung bersama Lpm Dinamika UIN SU.
Akhirnya
saya mengikuti proses penyeleksian 3 hari dan Alhamdulillah saya lulus
bersyarat. Ya, walaupun demikian saya tetap bersyukur karena masih diberi lulus
walaupun ada bersyaratnya diujung kata lulus itu. Kemudian berlanjut ke proses
pemagangan, kalau dalam AD/ART nya proses pendidikan, hahaha macam militer aja
kata-kata pendidikan itu. Tapi tak apalah sama sajanya itu, menjalani proses
magang membuat sebagian teman saya galau dengan banyaknya tugas yang diberikan
oleh senior dan perlahan mereka gugur dimedan pertempuran. Serangkaian kata motivasi selalu diberikan
pada kami, tapi semakin lama semakin sedikit prajurit yang bertahan dalam
proses pendidikan / pemangangan ini, seperti kata pepatah “siapa yang kuat, maka dia akan menang”, dan ada lagi “siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan
mendapatkan”. Dua password itulah yang saya pegang teguh pada saat magang
hingga 3 bulan kemudian ditahun 2015 yang lalu.
Hingga
pengukuhan masih ada juga yang gugur alias tidak ikut pada proses pengukuhan
dibumi perkemahan Sibolangit. Alangkah ruginya kerja keras 3 bulan lalu hingga
akhirnya gugur pada saat akan menjadi kru, pun demikian itu semua hanya
kehendak Yang Maha Kuasa. Dengan berat hati saya harus merelakan teman saya
gugur tidak ikut pengukuhan dengan alasan yang sangat logis menurut saya, tidak
mempunyai dana untuk bayar uang pengukuhan. Dan akhirnya saya dan beberapa
teman yang lainnya yang masih bertahan berangkat ke Sibolangit untuk mengikuti
pengukuhan selama 2 hari.
Serangkaian
agenda pengukuhan kami lalui hingga pada hari dimana pengumuman kelulusan
dibaca dan itu adalah saat yang menegangkan. Sebagian teman saya terlihat
mengeluarkan air mata saat para senior memberikan sedikit renungan, seakan
dipagi yang cerah itu berkabut karena semuanya mengeluarkan air mata yang tak
terbendungi lagi. Semua mata berkaca-kaca pada pagi itu, cuaca yang dingin
dipagi hari seakan tak mampu membuat air mata menjadi beku bahkan semakin
mencair dan jatuh menimpa bumi.
Renungan
suci yang berdurasi hampir setengah jam itu membuat saya dan teman-teman
mengeluarkan air mata teringat ketika pelatihan bersama, reportase lapangan
bersama, mencari tugas bersama, hingga ke sekret untuk mencari absen pun
bersama. Bayangkan diantara kami ada yang tidak lulus dan hal itu semua tidak
akan terjadi lagi setelah hari ini dan hari-hari selanjutnya. Diakhir-akhir
pemutusan kelulusan sempat terjadi adu mulut atau salah paham yang dalam
istilah Inggrisnya (mis communication)
antara kru dan alumni dalam memutuskan kelulusan berdasarkan tiket yang diberi
alumni kepada salah satu peserta pengukuhan, entah bagaimana ceritanya saya pun
tidak mengerti. Setelah suasana mulai terkendali, akhirnya kru dan alumni
bermusyarah dilantai dua yang kami tempati. Entah apa yang mereka bicarakan
diatas sana, yang pasti mereka sedang beremuk atas insiden tadi mencari jalan
keluarnya, pikirku salam hati.
Setelah
keadaan sudah kembali normal, akhirnya kelulusan peserta pengukuhan tahun ini
berjumlah 11 orang dan Alhamdulillahnya saya termasuk ke dalam 1 dari 10 orang
itu, lalu terakhir kami saling menyemangati antara satu sama lain, saling
memberikan kata-kata motivasi bahwa terus semangat dan jangan putus asa.
Setelah semua terlaksana, semua peserta pengukuhan dan kru foto bersama sebelum
sarapan pagi. Dan setelah sarapan saya dan teman lainnya bersiap untuk pulang
menuju Kota Medan dan mobil pun sudah menunggu siap mengantarkan kami pulang.
Setelah mempersiapkan semua barang, tibalah waktunya untuk penutupan acara
pengukuhan angkatan 18 oleh mc lalu ketua panitia dan terakhir kami mendapatkan
sebuah amplop sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Medan. Nah sebelum
pulang, salah satu dari kami disuruh maju kedepan untuk membuka isi amplop
tersebut, dan isi amplop itu hanya dua lembar kertas berukuran A4 kemudian
teman saya membacakan kertas tersebut didepan kami dan para kru beserta alumni
yang hadir pada saat pengukuhan itu.
Mulailah
dia membaca halaman pertama, dibacanya dari kop surat hingga yang mengetahui
atau yang bertanda tangan. Kemudian lanjut ke halaman kedua, pun demikian
dibacanya dari kop surat dengan nada yang lantang, ketika sampai ditengah surat
dia terdiam beberapa detik ketika membaca nama-nama peserta pengukuhan lulus
semua, dan teriakan gembira beserta tawa terlihat diwajah teman-teman yang
tadinya dinyatakan tidak lulus, dan akhirnya setelah dibaca surat keputusan
pimum maka wajah mereka mulai berseri-seri saling merangkul satu sama lain, dan
hal yang terjadi pada saat renungan suci tadi hanyalah skenario belaka saja
yang dibuat oleh kru bekerjasama dengan para alumni dan hal itu sukses membuat
peserta pengukuhan sebagian mengeluarkan air mata termasuk saya sendiri.
Sungguh
pengalaman yang luar biasa, bersahabat dengan alam ketika malam hari hingga
subuh datang, berdingin-dinginan ditengah rintikan hujan beratapkan jas hujan
untuk lima orang dan bercahayakan senter untuk penerangan guna menyusuri pos
demi pos dalam gelap gulita sebagai tahap dalam proses pengukuhan. Sungguh kenangan
ini tidak akan saya lupakan, dan akan saya ceritakan pada anak-anak saya kelak.
Saya percaya jika kita mengikuti proses yang benar, maka yakinlah hasil tidak
akan mengkhianti kita yang terpenting ada usaha, doa dan semangat maka semua
itu akan tercapai sesuai dengan apa yang kita inginkan. Terakhir dari saya jangan cepat putus asa, see you next times guys...